Kamis, 31 Januari 2019

TERJEMAH SAFINATUN NAJA DAN KASIFATUS SAJA LENGKAP (BAGIAN 8)

TERJEMAH SAFINATUN NAJA DAN KASIFATUS SAJA (BAGIAN 8)

WAKTU SHOLAT


بسم الله الرحمن الرحيم

فصل
اوقات الصلاة خمس :
اول وقت الظهر زوال الشمس واخره مسيرظل كل شئ مثلهغيرظل اﻻستوإ

واول وقت العصر اذا صار ظل كل شئ مثله وزادقليﻻ واخره غروب الشمس

واول وقت المغرب غروب الشمس واخره غروب الشفق اﻻحمر

واول وقت العشاء غروب الشفق اﻻحمر واخره طلع الفجر الصادق

واول وقت الصبح طلع الفجر الصادق واخره طلع الشمس

WAKTU SHOLAT
Awqootushsholaati Khomsun :
◆Awwalu Waqtizhzhuhri Zawaalusysyamsi Wa Aakhiruhu Mashiiru Zhilli Kulli Syaiin Mitslahu Ghoyro Zhillil Istiwaa-i،

◆Wa Awwalu Waqtil ‘Ashri Idzaa Shooro Zhillu Kulli Syaiin Mitslahu Wazaada Qoliilan Wa Aakhiruhu Ghuruubusysyamsi ,

◆Wa Awwalu Waqtil Maghribi Ghuruubusysyamsi Wa Aakhiruhu Ghuruubusysyafaqil Ahmari ,

◆Wa Awwalu Waqtil ‘Isyaa-i Ghuruubusysyafaqil Ahmari Wa Aakhiruhu Thuluu’ul Fajrishsoodiqi ,

◆Wa Awwalu Waqtishshubhi Thuluu’ul Fajrishshoodiqi Wa Aakhiruhu Thuluu’usysyamsi.

الشفاق ثﻻثة :
احمر
واصفر
وابيض

اﻻحمر مغرب واﻻصفر واﻻبيض عشاء
ويندب تأخر صﻻت العشاء الى ان يغيب الشفق اﻻصفر واﻻبيض

Al-Asyfaaqu Tsalaatsatun :
Ahmaru, Wa Ashfaru,
Wa Abyadhu,
Al-Ahmaru Maghribun Wal-Ashfaru Wal-Abyadhu ‘Isyaa-un.
Wa YUndabu Ta’khiiru Sholaatil ‘Isyaa-i Ilaa An Yaghiibasysyafaqul Ashfaru Wal Abyadhu.

Al-Asyfaaqu Tsalaatsatun :
Ahmaru , Wa Ashfaru , Wa Abyadhu.
Al-Ahmaru Maghribun Wal-Ashfaru Wal-Abyadhu ‘Isyaa-un.
Wa YUndabu Ta’khiiru Sholaatil ‘Isyaa-i Ilaa An Yaghiibasysyafaqul Ashfaru Wal Abyadhu

Waktu-waktu Sholat itu ada5 :
◆Awal waktu Zhuhur yaitu gelincirnya matahari dan akhirnya kembali bayang-bayang tiap-tiap sesuatu akan misalnya selain bayang-bayang istiwa ,

◆dan awal waktu Ashar yaitu apabila jadi bayang-bayang tiap-tiap sesuatu akan misalnya dan bertambah sedikit dan akhirnya terbenam matahari ,

◆dan awal waktu Maghrib yaitu terbenam matahari dan akhirnya terbenam syafaq merah ,

◆dan awal waktu ‘Isya yaitu terbenam syafaq merah dan akhirnya terbit fajar shodiq,

◆dan awal waktu Shubuh yaitu terbit fajar shodiq dan akhirnya terbit matahari .

Syafaq-syafaq atau mega-mega itu ada3 :
Merah , dan Kuning dan Putih
Mega Merah yaitu Maghrib dan Mega Kuning dan Mega Putih yaitu ‘Isya.
Dan disunahkan menta’khirkan Sholat ‘Isya hingga hilang Syafaq atau Mega Kuning dan Mega Putih .

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah,
Waktu shalat fardhu ada lima.

Pertama, permulaan waktu dzuhur yaitu bergesernya matahari dan akhir waktu dzuhur adalah dengan sekiranya bayangan matahari sama dengan sesuatu yang memiliki bayangan kecuali bayangan pada waktu istiwa’. Artinya jika ada tongkat yang panjangnya satu meter kemudian terkana sorot matahari, maka bayangan matahari sama satu meter selaras dengan ukuran panjangnya tongkat.

Kedua, permulaan waktu ashar adalah ketika bayangan sesuatu sama dengan sesuatu yang dibayanginya itu dan ada lebihan sedikit. Seperti jika tongkat satu meter maka bayangannya adalah satu meter, dan ada lebihan sedikit dari satu meter. Dan akhir waktunya adalah tenggelamnya matahari.

Ketiga, permulaan waktu maghrib adalah tenggelamnya matahari dan akhir waktunya adalah tenggelamnya mega merah.

Keempat, permulaan waktu Isa bermula dari tenggelamnya mega merah dan akhir waktu adalah munculnya fajar shadiq.

Kelima, permulaan waktu Subuh bermula dari munculnya fajar shadiq dan akhir waktu subuh ditandai dengan munculnya matahari.
Jenis mega ada tiga, yaitu mega merah, kuning dan putih. Mega merah adalah tanda memasuki waktu maghrib. Mega kuning dan putih adalah waktu Isa. Disunahkan mengerjakan shalat Isa di akhir waktu sampai hilangnya mega kuning dan putih.

Insya Alloh berlanjut ke bab selanjutnya, yaitu bab menerangkan

••••••••••••••••••••••••••••••• DIHARAMKAN SHALAT •••••••••••••••••••••••••••••••••••••

WAKTU YANG DIHARAMKAN UNTUK MELAKUKAN SHALAT


بسم الله الرحمن الرحيم
فصل
تحرم الصﻻة التى ليس لها سبب متقدم وﻻ مقارن فى خمسة اوقات :
عندطلع الشمس حتىترتفغ قدر رمح
وعند اﻻستواء فى غير يوم الجمعة حتى تزول
وعند اﻻسفرتر حتى تغررب
وبعد صﻻة الصبح حتى تطلع الشمس
و بعد الصﻻة العصر حتى تغرب

Tahrumushsolaatu Allatii Laisa Lahaa Sababun Mutaqoddimun Walaa Muqoorinun Fii Khomsati Awqootin :

‘Inda Thuluu’isysyamsi Hattaa Tartafi’a Qodro Rumhin,

Wa’indal Istiwaa’i Fii Ghoyri Yaumil Jumu’ati Hattaa Tazuula,

Wa’indal Ishfiroori Hattaa Taghruba,

Waba’da Sholaatishshubhi Hattaa
Tathlu’asysyamsu,

Waba’da Sholaatil ‘Ashri Hattaa Taghruba.

Haram untuk melakukan sholat yang tidak ada baginya sebab yang terdahulu dan tidak juga bersamaan pada 5 waktu :

Ketika terbit matahari sehingga naik sekedar satu tombak,

dan ketika Istiwa pada selain hari Jum’at hingga tergelincir matahari,

dan ketika Ishfiror hingga terbenam,

dan setelah Sholat Shubuh hingga terbit matahari,

dan setelah Sholat ‘Ashar hingga terbenam matahari.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah,

Diharamkan melaksanakan shalat,
yang tanpa sebab yang mendahului atau menyertainya,
dalam lima waktu.

Pertama, haram melaksanakan shalat pada saat munculnya matahari sampai matahari naik ke atas sekiranya sepanjang tombak.
Yang dimaksud dengan tumbak adalah kira-kira panjangnya tumbak adalah tujuh lengan tangan manusia.

Kedua, diharamkan shalat di waktu istiwa’ di selain hari Jumat sampai bergesernya matahari.

Ketiga, diharamkan shalat pada saat remang-remangnya matahari sampai lenyapnya matahari.

Keempat, diharamkan shalat setelah shalat subuh.

Kelima, diharamkan shalat setelah shalat Asar sampai tenggelamnya matahari.




بسم الله الرحمن الرحيم

فصل سكتات الصﻻة سة
- بين تكبير اﻻحرام ودعاءﻻفتتاح
- و بين دعاءﻻفتتاح والتعوذ
- وبين التعوذ والفاتحة
- و بين الفاتحة و آمين
- وبين آمين والسورة
- وبين السورة والركوع

DIAMNYA SHALAT
Saktaatushsolaati Sittun :
- Baina Takbiirotil Ihroomi Wadu’aa-il Iftitaahi,
- Wabaina Du’aa-il Iftitaahi Watta’awwudzi،
- Wabainatta’awwudzi Wal Faatihati،
- Wabaina Aakhiril Faatihati Wa Aamiina،
- Wabaina Aamiina Wassuuroti،
- Wabainassuuroti Warrukuu’i.

Tempat diamnya sholat itu ada 6 :
- Antara Takbirotul Ihrom dan Do’a Iftitah,
- dan antara Do’a Iftitah dan bacaan Ta’awwudz,
- dan antara bacaan Ta’awwudz dan Fatihah,
-dan antara akhir Fatihah dan bacaan Amin,
- dan antara bacaan Amin dan Surat pendek,
- dan antara Surat pendek dan ruku’.

Syarh atau Penjelasan

Diam dalam shalat terdapat pada enam tempat.

Pertama, diam di antara takbirat al-ihram dan doa al-iftitah,
Pada saat diam tersebut disunahkan seorang yang melakukan shalat untuk membaca doa

اني وجهت وجهي للذى فطراسموات واﻻرض حنيفامسلما وما انا من المشركين
ان تلصﻻتي ونسكي ومحيي وممتي لله رب العالمين ﻵشرك له ز بذالك امرت وانا من المسلمين

"Inny wajjahtu wajhiyalilladzi fatharas-samawati wa al-ardla hanifan musliman wa ma ana min al-musyrikin inna-shalaty wa nusuky wa mahyaya wa mamaty lilahi rabbil-‘alamina
la syarikalahu wa bi-dzalika umirtu wa ana min al-muslimin”.

Kedua,diam di antara doa ta’awwudl dan doa al-iftitah. Disunnahkan membaca doa
اعوذبالله من الشيطان الجيم

“a’udzhu billaahi minasy-syaythoonir-rajiiim”.

Ketiga, diam di antara bacaan surah al-fatihah dan doa ta’awwudz.

Keempat, diam (saktah) di antara akhir surah al-fatihah,
yaitu kalimat ad-dzallin dan Amin.

Diam di antara akhir surah al-fatihah dan Amin disunahkan dengan membaca doa

رب اغفرلى
وارحمنى
واجبرنى
وارزقنى
وارفعنى
واهدنى
وعافنى
واعف عنى
“Rabbi ighfir ly,
Warham ny
Wajbur ny
Warzuq ny
Warfa' ny
Wahdi ny
Wa'aafi ny
Wa'fu 'any

Kelima, diam diantara Amin dan bacaan surah.

Keenam, diam di antara membaca surah dan ruku’.


WAJIB TUMA'NINAH


TUMA'NINAH
===========

بسم الله الرحمن الرحيم

اركان التى تلزم فيها التمئنينة اربعة

افركوع واﻻعتدال والسجود والجلوس بين السجدتين
WAJIB TUMA'NINAH
Al-Arkaanu Allatii Talzamu Fiihaththuma’niinatu Arba’atun :
Arrukuu’u , Wali’tidaalu , Wassujuudu , Waljuluusu Bainassajdataini.

Rukun-rukun sholat yang wajib padanya Tuma’ninah itu ada 4 :
Ruku , dan I’tidal , dan Sujud , dan duduk diantara dua sujud.

الطماءنينة هي سكون بعدالحركات بحيث يستقر كل عضو محله بقدر سبحن الل

Ath-Thuma’niinatu Hiya Sukuunun Ba’da Harkatin Bihaitsu Yastaqirru Kullu ‘Udhwin Mahallahu Biqodri Subhaanalloohi.

Tuma’ninah yaitu diam setelah bergerak dengan sekira-kirra,
diam tetap seluruh anggota pada tempatnya dengan sekedar bacaan Subhanalloh.



SEBAB2 SUJUD SAHWI


بسم الله الرحمن الحيم
فصل اسباب سجود السهو اربعة :
● اﻻول ترك بعض من ابعاض الصﻻة او بعض البعض
● الثانى فعل مايبطل عمده وﻻ يبطل سهوه اذا فعله ناسيا
● الثالث نقل ركن قولى الى غيرمحله
● الرابع ايقاع ركن فعلى مع احتماله الزبادة

FASLUN.
ASBAABU SUJUUDIS-SAHWI ARBA’ATUN.
● AL-AWWALU TARKU BA’DLIN MIN AB’AAFLISH-SHALATI AU BA’DLIL-BA’DLI.
● ATS-TSAANI FI’LU MAA YUBTHILU ‘AMDUHU WA LA YUBTHILU SAHWUHU IDZAA FA’ALAHU NASIYAN.
● ATS-TSAALITSU NAQLU RUKNIN QAULIYYIN ILAA GHAYRI MAHALLIHI.
● AR-RABI’U IY_QO’U RUKNIN FI’LIYYIN MA’A IHTIMAALIHIZ-ZIYADAATI

Sebab2 sujud sahwi itu ada empat, yaitu:
1. Meninggalkan sebagian dari ab’adhus shalat
(pekerjaan sunnah dalam shalat yang buruk jika seseorang meniggalkannya).

2. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan (padahal ia lupa), jika dikerjakan dengan sengaja,
dan tidak membatalkan jika ia lupa.

3. Memindahkan rukun qauli (yang diucapkan) kebukan tempatnya.

4. Mengerjakan rukun Fi’li (yang diperbuat) dengan kemungkinan kelebihan.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah,

Ada empat sebab dilaksanakannya sujud sahwi.
Namun sebelum merinci satu persatu,
terlebih dahulu kita definisikan dulu sahwi yang dimaksud tersebut.

Secara lughowi/bahasa sahwi berarti lalai atau lupa terhadap sesuatu.

Sedangkan menurut arti syara’, sahwi yang dimaksudkan adalah melalaikan sesuatu yang tertentu dari shalat seperti sebagian rukun shalat pada umumnya.

Pertama, sujud sahwi dilakukan dengan sebab meninggalkan sebagian dari sunah-sunah ab’adl yang ada tujuh.

Kedua, sujud sahwi dilakukan dengan sebab mengerjakan sesuatu yang jika dikerjakan secara sengaja maka akan dapat membathalkan shalat dan jika dikerjakan karena lupa maka tidak membatalkan.

Ketiga, sujud sahwi dilakukan dengan sebab memindah satu rukun qauly (bersifat ucapan) pada tempat yang lain.

Keempat, sujud sahwi dilaksanakan dengan sebab melaksanakan satu rukuh fi’li (bersifat pekerjaan) dengan anggapan bahwa apa yang telah dikerjakannya merupakan rukun tambahan yang tanpa sengaja dilakukannya.

AB'ADUSSHALAT

فصل ابعاض الصﻻة سبعة
¤ اتشهدﻻول
¤ وقعده
¤ والصﻻة على النبى صلى الله عليه وسلم فيه
¤ والصﻻة على اﻵل فى التشهداﻻخر
¤ والقنوت
¤ وقيامه
¤ والصﻻة والسﻻم على النبى صل الله عليه وسلم واله وصحبه فيه

AB'AADUSSHALATI

FASLUN AB’AADHUSH-SHOLATI SAB’ATUN.
◆AT_TASYAHHUDUL-AWWALU
◆WA QU’UDUHU
◆WASH-SHOLATU ‘ALAN-NABIYYI SHOLALLOHU'ALAY WA SALAM FIIHI
◆WASH-SHOLATU ‘ALAL-ALI FIT_TASYAHUDIL AKHIRI
◆WA AL-QUNUUTHU
◆WA QIYAMUHU
◆WASH-SHOLATU WAS-SALAMU ‘ALAN-NABIYYI WA ALIHI WA SAHBIHI FIHI

Sunah Ab’adlnya sholat itu ada tujuh :
1. Tasyahud awal
2. Duduk tasyahud awal.
3. Membaca Shalawat kepada nabi Muhammad SAW ketika tasyahud awal.
4. Shalawat untuk keluarga nabi ketika tasyahud akhir.
5. Do’a qunut.
6. Berdiri (ketika) do’a qunut.
7. Shalawat dan Salam untuk nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat ketika do’a qunut.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah An-Najah
(Kaasyifatusajaa)

Sunah ab’adl Shalat ada tujuh (7).

Sebelum merinci satu persatu sunnah ab’adl,
terlebih dahulu kita akan menjelaskan definisi sunnah ab’adl.

Definisi sunnah ab’adl adalah rukun-rukun shalat yang sunnah dilaksanakan, dan apabila ditinggalkan dengan sebab lalai atau yang lainnya maka disunnahkan sujud sahwi sebagai ganti dari rukun yang telah ditinggalkannya tersebut.

Pertama, tasyahhud awal.

Kedua, duduk dalam tasyahhud awwal.

Ketiga, membaca shalawat Nabi dalam tasyahhud awal, maksudnya membaca shalawat Nabi setelah membaca tasyahhud awal.
Jika pada waktu melaksanakan shalat berjamaah, sang imam meninggalkan atau tidak melaksanakan tasyahhud awal, maka makmum tidak boleh melaksanakan tasyahhud, dan makmum harus mengikuti imam.

Keempat, membaca shalawat pada keluarga Nabi dalam tasyahhud akhir.

Kelima, membaca qunut dalam shalat subuh dan shalat witir di pertengahan akhir bulan Ramadhan.
Berbeda dengan qunut an-nazilah yang disunnahkan di setiap shalat.
Qunut adalah dzikir tertentu yang di dalamnya mencakup doa dan pujian pada Allah.
Dan qunut tidak ditentukan sighat-nya atau dengan kata lain rangkaian kalimatnya bebas yang penting di dalamnya mengandung doa dan pujian pada Allah.
Seperti Allahumma ighfir ly ya ghafur (Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, wahai dzat yang maha pengampun).
Atau rangkaian doa-doa yang lainnya.

Kata qunut berasal dari kata qanata yang artinya patuh dalam mengabdi (kepada Allah).
Di dalam Islam, qunut terbagi menjadi dua, sebagaimana yang dijelaskan di atas.

Pertama; qunut nazilah yaitu qunut yang dilakukan atau dibaca saat adanya bencana.
Dan dilakukan kapan saja dan shalat apa saja.

Kedua; qunut shalat yaitu qunut yang dibaca pada waktu i’tidal (berdiri setelah ruku’) setiap akhir raka’at pada shalat subuh dan shalat whitir (secara umum) karena dalam masalah qunut ini para imam dan ulama mazhab berbeda pendapat tentang pelaksanaannya.

Namun menurut penulis kitab ini, Safinah an-Najah yang bermadzhab as-Syafi’iyah tetap menganggap qunut adalah sunnah dilaksanakan.
Sedangkan hukum doa qunut itu sendiri adalah Sunnah ab’ad atau sunnah yang diperkuat.

Ada bacaan doa qunut yang pada umumnya dilaksanakan oleh umat Islam,
sebagai berikut;

اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ، وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ، فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ، وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Keenam, melaksanakan qunut dengan cara berdiri.

Ketujuh, membaca shalawat dan salam pada Nabi,
keluarganya dan para sahabatnya dalam kalimat doa qunut.



PEMBATAL SHALAT

PERKARA YANG DAPAT MEMBATALKAN SHOLAT


بسم تلله اارجمن الرحيم
فصل تبطل الصﻻة بأربع عشرة خصلة
◆ بالحدث
◆ وبوقوع النجاسة ان لم تلق حﻻ من غير حمل
◆ وانكشاف العورة ان لم تستر حاﻻ
◆ والنطق بحرفين او بحرف مفهم عمدا
◆ وبالمفطر عمدا
◆ واﻻكل الكثير ناسيا
◆ و ثﻻث حركات متواليات ولو سهوا
◆ والوثبة الفاحشة
◆ والضربة المفرطة
◆ والزدة ركن فعلى عمدا
◆ والتقدم على إمامه بركنين فعليين
◆ والتخلف بهما بغير عذر
◆ ونية قطع الصﻻة
◆ وتعليق قطعهابشئ والتردد فى قطعها

PEMBATAL SHALAT

FASLUN TABTULU ASH-SHOLAATU BI_ARBA’I ASYAROTA KHASLATAN.

◆BIL-HADATSI

◆WA BI-WUQU’IN-NAJASATI IN_LAM TULQA HALAN MIN GHOYRI HAMLIN

◆WA_NKISYAFIL-‘AURATI IN LAM TUSTAR HALAN.

◆WAN-NUTQU BI-HARFAYNI AW BI-HARFIN MAFHUMIN ‘AMDAN.

◆WABIL-FITHRATI ‘AMDAN

◆WAL-AKLUL-KATSIRU NASIYAN.

◆WATSALAASTU HARAKATIM_MUTAWALIYATIN WA LAU SAHWAN.

◆WAL-WATSABATUL-FAHISYATU

◆WAL-MADLRUBATUL-MUFRITHOTU

◆WA ZIYADATU RUKNIN FI’LIYYIN ‘AMDAN.

◆WATTAQODDAMA ‘ALA IMAMIHI BI-RUKNAYNI FI’LIYAYYNI

◆WAT-TAKHOLLUFU BIHIMA BIGHAYRI ‘UDZRIN.

◆WA NIYATU QOT’ISH-SHOLATI

◆WA TA’LIIQU QAT’IHA BI-SYAIIN
WAT-TARODDUDU FI QOT’IHA.

Perkara yang membatalkan shalat ada empat belas, yaitu:

1. Berhadats (seperti kencing dan buang air besar).
2. Terkena najis, jika tidak dihilangkan seketika, tanpa dipegang atau diangkat (dengan tangan atau selainnya).
3. Terbuka aurat, jika tidak dihilangkan seketikas.
4. Mengucapkan dua huruf atau satu huruf yang dapat difaham.
5. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan puasa dengn sengaja.
6. Makan yang banyak sekalipun lupa.
7. Bergerak dengan tiga gerakan berturut-turut sekalipun lupa.
8. Melompat yang luas.
9. Memukul yang keras.
10. Menambah rukun fi’li dengan sengaja.
11. Mendahului imam dengan dua rukun fi’li dengan sengaja.
12. Terlambat denga dua rukun fi’li tanpa udzur.
13. Niat yang membatalkan shalat.
14. Mensyaratkan berhenti shalat dengan sesuatu dan ragu dalam memberhentikannya.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah

Ada empat belas sebab yang dapat membatalkan shalat.

Pertama, hadats.
Baik disengaja atau tidak disengaja seperti dipaksa, seumpama perut seseorang ditekan oleh orang lain sampai mengeluarkan kotoran dari pantantnya, maka tetap membatalkan shalat. Dalam hal ini ada hadits sahih sebagai landasan dalilnya, yang mengatakan bahwa :
“jika salah satu dari kalian kentut pada waktu melaksanakan shalat, maka shalatnya rusak (batal) dan hendaklah berwudhu kembali dan mengulangi melaksanakan shalat lagi.”

Kedua, kejatuhan najis jika tidak dibuang segera agar sampai tidak terbawa dalam melaksanakan shalat.
Yang dimaksud dengan najis tersebut adalah najis yang tidak dapat dimaklumi oleh syariat (la yu’fa ‘anhu).
Jika kejatuhan najis yang dapat dimaklumi syariat (yu’fa ‘anhu) maka tidak membatalkan shalat.
Baik najis itu jatuh pada baju atau pada badan seseorang yang sedang shalat.

Ketiga, terbukanya aurat yang wajib ditutupi ada waktu shalat. Terbukanya tersebut baik sebagian atau secara keseluruhan anggauta badan yang dianggap aurat, meskipun shalatnya dilakukan sendirian dalam kesunyian dari hiruk pikuk manusia. Seperti jika angin kencang menyibak gaun atau pakean yang dapat membukakan aurat seorang yang sedang shalat, maka tidak membatalkan shalatnya jika sesegera mungkin kembali menutupnya.
Tapi jika angin berulang-ulang kali menyingkap auratnya yang harus secara cepat ditutupnya kembali sekiranya seseorang yang bergerak berkali-kali demi menutupnya maka akan membatalkan shalat karena melakukan gerak berkali-kali dan berulang-ulang.

Keempat, mengucapkan secara sengaja dua huruf (meski tidak dapat difahami atau tidak mengandung makna tertentu) secara runut atau satu huruf yang dapat difahami.
Contoh satu huruf yang mengandung makna yang dapat difahami yaitu huruf Qaf, dengan mengatakan Qi, sebab Qi adalah kalimat fi’il al-amar (kata perintah) dari akar kata wiqayah yang artinya menjaga. Berarti kata qi mengandung arti “jagalah”.
Dengan demikian jika seseorang yang sedang shalat mengucapkan Qi, maka shalatnya batal.
Ada pengecualian yang tidak dapat membatalkan shalat, yaitu dehem bagi orang shalat yang sedang berpuasa yang betujuan mengeluarkan riak dan lendir, sebab jika riak dan lendir tidak dkeluarkan melalui dehem maka akan tertelannya dan itu artinya akan membatalkan shalat.
Di antara yang tidak membatalkan shalat adalah tabassum (mesem atau tersenyum).

Kelima, segala sesuatu yang membatalkan puasa akan membatalkan shalat jika disengaja melaksanakannya.
Seperti memasukkan kayu atau apa saja kedalam lubang seperti mulut atau kuping atau dubur. Sudah pasti jika seseorang makan—meski banyak—disebabkan lalai atau lupa maka tidak membatalkan puasa, tapi tetap membatalkan shalat.

Keenam, makan banyak dalam keadaan lupa atau lalai tetap membatalkan shalat.
Kecuali makan sedikit disebabkan lupa atau lalai atau tidak tahu maka tidak membatalkan shalat.

Ketujuh, tiga kali gerak secara berturut-turut meski pun dalam keadaan lupa atau lalai.
Yang dimaksud dengan gerak yang membatalkan shalat adalah gerak tubuh yang bukan gerakan yang kecil, seperti pergerakan kaki, geleng-geleng kepala, atau goyang-goyang badan. Jika gerakan yang kecil seperti gerakan jari diputar-putar atau bergaruk-garuk dengan satu jari digerak-gerakkan maka tidak membatalkan shalat.

Kedelapan, melumpatkan badan secara ekstrim.

Kesembilan, memukul secara keras.

Kesepuluh, menambah satu rukun shalat secara sengaja. Tentunya jika lupa atau lalai maka tidak membatalkan shalat.

Kesebelas, mendahului dua rukun yang bersifat pekerjaan (bagi makmum) pada imam atau mengakhiri keduanya secara sengaja.

Kedua belas, niat memutus atau keluar dari shalat.

Ketiga belas, menggantungkan pemutusan shalat dengan sesuatu. Seperti dalam hati mengatakan jika saya keluar dari shalat maka saya akan berbelanja di pasar. Atau meskipun menggantungkan pemutusan shalat dengan sesuatu yang mustahil terjadi sekalipun akan membatalkan shalat.

Keempat belas, bingung atau bimbang apakah akan keluar atau memutuskan shalat atau tidak, maka kebingungan (taraddud) ini akan membatalkan shalat. Sama halnya juga kebimbangan dalam melanjutkan shalat pun membatalkan shalat. Intinya kebimbangan antara akan memutuskan shalat atau melanjutkannya adalah membatalkan shalat.

Demikian perkara yang dapat membatalkan sholat menurut kitab Safinatun Najah,
Semoga bermanfa'at...





Wajib bagi seseorang yang mengimami

بسم الله الرحمن الرحيم

فصل الذى يلزم فيه نية اﻻمامة اربع :
الجمعة

FASLUN. AL-LADZI YALZAMU FIIHI NIYATUL-IMAMATI ARBA’UN
ALJUM'ATU
Diwajibkan bagi seorang imam berniat menjadi imam terdapat dalam empat sholat, yaitu :
Pertama, shalat Jum’at. Sebab shalat Jum’at wajib dilaksanakan secara berjamaah, yang meniscayakan adanya imam dan makmum.

والمعتدة
WALMU'ADDATU
Kedua, shalat mu’adah.
Yang dimaksud dengan shalat mu’adah yaitu shalat yang dilaksadakan dua kali seperti shalat dzuhur yang dikalsanakan dua kali, maka yang kedua adalah mu’adah, atau setelah shalat Jum’at dilaksanakan shalat dzuhur maka shalat dzuhur itu adalah shalat mu’adah.
Atau shalat sunnah yang disunnahkan dilaksanakan secara berjamaah.

والمنذرة جمعاة
WAL MANDZUROTU JAMAA'ATAN
Ketiga Menjadi imam dalam sholat Nadzar,
Yakni Sholat yang dinadzari secara berjama'ah

والمقدكة فى المطر

WA AL-MUTAQADDIMATU FIL MATHORI
Keempat, Menjadi imam shalat jamak taqdim secara berjamaah disebabkan hujan.

________
________

MAKMUM DAN IMAM

فصل شروط القدوة أحد عشر
◆ ان ﻻيعلم بطلن صﻻة امامه بحدث او غيره
◆ وان ﻻيعتقد وجوب قضاءها عليه
◆ وان ﻻيكون مأموما


وﻻ اميا
◆ وان ﻻيتقدم عليه فى الموقف
◆ وان يعلم انتقاﻻت امامه
◆ وان يجتمعا فى مسجد أو فى ثلثمائة ذرتع تقريبا
◆ وان ينوى القدوة اوالجماعة
◆ وان يتوافق نظم صﻻتهما
◆ وان ﻻيخالفه فى سنة فاحشة المخالفة
◆ وان يتابعه

FASHLUN SYURUTHUL-QUDWATI AHADA ‘ASYARA
◆ AN-LA YA’LAMA BUTHLANA SHALATI IMAMIHI BI-HADATSIN AU GHAIRIHI,
◆ WA AN-LA YA’TAQIDA WUJUBA QADLAIHA ‘ALAIHI,
◆ WA AN-LA YAKUNA MA’MUMAN
◆ WA LA UMMIYYAN,
◆ WA AN-LA YATAQADDAMA ‘ALAIHI FI AL-MAUQUFI
◆ WA AN-LA YA’LAMA INTIQALATI IMAMIHI,
◆ WA AN-LA YAJTAMI’A FI MASJIDIN AU FI TSULUTSI MIAH DZIRA’IN TAQRIBAN,
◆ WA AN YANWIYA AL-QUDWATA AU AL-JAMA’ATA,
◆ WA AN-YATAWAFAQA NADZMU SHALATIHIMA,
◆ WA AN-LA YUKHALIFAHU FI SUNATIN FAKHISYATIN AL-MUKHTALIFAH
◆ WA AN-YUTABI’AHU.

Syarat – Syarat ma`mum mengikut imam ada sebelas perkara, yaitu:
1- Tidak mengetahui batal nya shalat imam dengan sebab hadats atau yang lain nya.
2- Tidak meyakinkan bahwa imam wajib mengqadha` shalat tersebut.
3- Seorang imam tidak menjadi ma`mum .
4- Seorang imam tidak ummi (harus baik bacaanya).
5- Ma`mum tidak melebihi tempat berdiri imam.
6- Harus mengetahui gerak gerik perpindahan perbuatan shalat imam.
7- Berada dalam satu masjid (tempat) atau berada dalam jarak kurang lebih tiga ratus hasta.
8- Ma`mum berniat mengikut imam atau niat jama`ah.
9- Shalat imam dan ma`mum harus sama cara dan kaifiyatnya
10- Ma`mum tidak menyelahi imam dalam perbuata sunnah yang sangat berlainan atau berbeda sekali.
11- Ma`mum harus mengikuti perbuatan imam.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinatun-Najah
Syarat makmum ada sebelas (11).
Pertama, seorang makmum tidak tahu atau tidak menyangka terhadap batalnya shalat sang imam disebabkan hadats atau sebab yang lainnya. Dengan demikian maka tidak sah shalatnya seseorang makmum yang menyangka batal shalatnya sang imam, seperti makmum yang bermadzhab As-Syafi’i bermakmum pada imam yang yang bermadzhab Hanafi yang tidak menganggap batal shalat seseorang yang memegang farji (alat kelamin) sedangkan menurut makmum yang bermadzhab As-Syafii dianggap batal.
Sebagaimana makmum yang bermadzhab as-Syafii meyakini bahwa membaca Basmalah adalah wajib dalam surah al-fatihah bermakum pada imam yang bermadzhab Hanafi yang tidak mewajibkan membaca Basmalah dalam surah al-fatihah, maka shalatnya makmum tidak sah atau batal dan wajib mengulangi shalatnya (i’adah).

Kedua, makmum tidak menyangka atau menduga akan kewajiban qadha shalat bagi imam.
Maksudnya adalah tidak sah seseorang yang bermakmum pada seseorang yang shalatnya wajib diulang atau diqadha seperti shalatnya seorang yang bertayammum karena udara dingin.

Ketiga, seseorang yang bermakmum tidak dalam kapasitas menjadi makmum pada orang lain.
Artinya jika si A bermakmum pada si B, maka tidak sah jika si A pada saat yang sama juga bermakmum pada si C. Sebab seorang yang bersetatus menjadi makmum tidak boleh bermakmum pada orang lain.

Keempat, seseorang tidak bermakmum pada orang yang bodoh dalam masalah agama.

Kelima, seorang makmum tidak berdiri di depannya imam.

Keenam, seorang makmum harus mengetahui pergerakan atau perpindahan dari satu rukun ke rukun yang lain yang dilaksanakan sang imam.
Untuk mengetahui gerakan sang imam, makmum bisa mengetahuinya dengan melihat dengan mata kepala sendiri, atau dengan melihat bagian barisan (shaf) yang ada di depannya, atau dengan mendengera suara sang imam, atau dengan mendengar suara muballigh (penyampai suara imam).

Ketujuh, berkumpul antara makum dan imam dalam satu masjid atau tempat atau antara makum dan imam berkumpul pada tempat yang lebar atau jaraknya sekitar 300 dzirah (lengan tangan anak Adam). Artinya tidak dalam dua tempat atau ruangan yang berbeda dimana keduanya terpisah dan tersekat makmum dan imam sehingga sang makmum tidak mengetahui apa-apa atas keberadaan imam.

Kedelapan, makmum harus berniat mengikuti atau berjamaah shalat dengan sang imam.

Kesembilan, runutan shalat imam dan makmum harus seirama dan harmonis.

Kesepuluh, sang makmum tidak boleh berpaling dari pekerjaan sang imam berupa kesunahan. Seperti jika imam melaksanakan sujud tilawah maka makmum harus melaksanakannya juga.

Kesebelas, makmum harus senantiasa mengikuti seluruh gerak-gerik sang imam yang sesuai dengan syarat dan rukun shalat dan tidak bertentangan dengan tatacara shalat.

  • Jika sang imam telah menyimpang dari tatacara yang benar atau dari syarat dan rukun shalat, maka sang makmum wajib mufaraqah (memisahkan diri) dari sang imam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar