Kamis, 31 Januari 2019

TERJEMAH SAFINATUN NAJA DAN KASIFATUS SAJA LENGKAP ( BAGIAN TERAKHIR)

TERJEMAH SAFINATUN NAJA DAN KASIFATUS SAJA ( BAGIAN TERAKHIR)



Bab Puasa
Lanjutan terjemah kitab Safinatn Najah



بسم الله الرحمن الرحيم

فصل يجب صوم الرمضان بأحد امورخمسة :
◆ احدها بكمال شعبان ثﻻثين يوما
◆ وثانيها برؤية الهﻻل فى حق من رآه وان كان فاسقا
◆ وثالثها بسبوته فى حق من لم يرهبعدلىشهادة
◆ ورابعها بإخبارعدل رواية موثوق به سواء وقع فى القلب صدقه
◆ وخامسها بظن دخول رمضان باﻻجتهاد فيمن اشتبه عليه ذالك






WAJIBNYA PUASA ROMADHAN
FASLUN YAJIBU SHAUMU RAMADLONA BI-AHADI UMURI KHOMSATIN.
◆ AHADUHA BI-KAMALI SYA’BANA TSALATSINA YAUMAN.

◆ WA TSANIHA BI-RU’YATI AL-HILALI FI HAQQI MAN RO’AHU WA IN KANA FASIQON.

◆ WA TSALITSUHA BI-TSUBUTIHI FI HAQQI MAN LAM YAROHU BI-‘ADLI SYAHADATIN.

◆ WA ROBI’UHA BI-AKHBARI ‘ADLI RIWAYATIN MAUTSUQIN BIHI SAWAAUN WAQO’A FIL-QOLBI SHIDQUHU AM LA,
AW GHOIRU MAUTSUQIN BIHI IN WAQO’A FIL-QOLBI SHIDQUHU.

◆ WA KHOMISUHA BATHNU DUKHULI ROMADHONA BI AL-IJTIHADI FI-MAN ISYTABAHA ‘ALAIHI DZAALIK.


Puasa Ramadhan diwajibkan dengan salah satu ketentuan-ketentuan berikut ini:
1. Dengan mencukupkan bulan sya’ban 30 hari.
2. Dengan melihat bulan, bagi yang melihatnya sendiri.
3. Dengan melihat bulan yang disaksikan oleh seorang yang adil di muka hakim.
4. Dengan Kabar dari seseorang yang adil riwayatnya juga dipercaya kebenarannya, baik yang mendengar kabar tersebut membenarkan ataupun tidak, atau tidak dipercaya akan tetapi orang yang mendengar membenarkannya.
5. Dengan beijtihad masuknya bulan Ramadhan bagi orang yang meragukan dengan hal tersebut.


Syarah atau penjelasan:
Diwajibkannya puasa Ramadhan dengan salah satu sebab yang ada lima.
Pertama, sempurnanya bulan Sya’ban, yaitu tiga puluh hari.

Kedua, melihat tanggal (hilal) bagi seorang yang benar-benar melihatnya, meski ia orang fasik.

Ketiga, melihat hilal dapat ditetapkan bagi orang yang tidak melihat hilal dengan sebab adanya persaksian orang yang adil dan dapat dipercaya bahwa ia telah melihat hilal.

Keempat, informasi orang yang adil yang riwayatnya dapat dipercaya, baik di dalam hatinya benar atau pun tidak, atau tidak dapat dipercaya (fasik) tapi di dalam hatinya benar.

Kelima, menyangka masuknya ramadhan dengan ijtihadnya sendiri bagi seorang yang remang-remang atau tidak dapat mengakses informasi dengan jelas. Seperti seorang yang ada di dalam buih atau penjara, yang tidak tahu masuknya ramadhan.
Ayat al-Quran yang mempertegas bahwa puasa ramadhan diwajibkan bagi umat Islam. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
(SQ. Al-Baqarah: 183)



SYARAT SAH PUASA

فصل شروط سحته اربعة اشياء
اسﻻم
وعقل
ونقاع من نحو حيض
وعلم بكون الوقت قابﻻ للصوم




FASLUN. SYURUTHU SYIHHATIHI ARBA’ATU ASYA’A,
SLAMUN
WA ‘AQLUN,
WA NIQO’UN MIN NAHWI HAIDHIN,
WA ‘ILMUN BI-KAUNI AL-WAQTHI QOBILAN LI AS-SHOUM.

Syarat sah puasa ramadhan ada empat (4) perkara, yaitu:
1. Islam.
2. Berakal.
3. Suci dari seumpama darah haidh.
4. Dalam waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Syarat sahnya puasa—baik puasa wajib atau sunnah—ada empat. Pertama, Islam. Kedua, berakal. Ketiga, bersih dari haidl. Dan keempat, mengetahui waktu yang sudah siap untuk melaksanakan puasa.


SYARAT WAJIB PUASA RAMADHAN


فصل شروط وجوبه خمسة اشياء

اسﻻم
وتكليف
واطاقة
وصحاة
واقامة


FASLUN. SYURUTHU WUJUBIHI KHOMSATU ASYYA’A, ISLAMUN,
WA TAKLIFUN,
WA ITHOQOTUN, WA SIHHATUN,
WA IQOMATUN.

Syarat wajib puasa ramadhan ada lima perkara, yaitu:
1. Islam.
2. Taklif (dibebankan untuk berpuasa).
3. Kuat berpuasa.
4. Sehat.
5. Iqamah (tidak bepergian).


Syarah atau penjelasan:
Syarat wajibnya puasa ada lima.
1). Islam.
2). Tertaklif.
Artinya seseorang sudah baligh dan berakal. Ada pengecualian orang-orang yang tidak diwajibkan berpuasa yaitu anak kecil, orang gila, orang yang terserang penyakit epilepsi, dan mabuk. Karena mereka belum tertaklif.

3). Mampu melaksanakan puasa. Maka tidak wajib puasa bagi orang yang tidak mampu melaksanakan puasa, seperti orang yang sudah tua rentah atau orang sakit yang tidak mampu berpuasa.

4). Sehat. Sehingga tidak diwajibkan berpuasa bagi orang sakit.

5). Berdiam diri di rumah. Artinya bagi orang yang sedang melakukan bepergian jauh tidak diwajibkan berpuasa alias oleh berbuka.

Dalil ayat al-Quran yang menjelaskan syarat dan ada beberapa keadaan yang diperbolehkan berbuka puasa atau tidak diwajibkan berpuasa, tapi wajib diqadha pada hari-hari yang lain atau dengan membayar fidyah. Allah berfirman:

أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُون
َ
(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barang siapa diantara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggati atau qadha) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain.
Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin. Tetapi barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka ia lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (SQ. Al-Baqarah: 184)



شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون
َ
Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkannya al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang salah).
Karena itu barang siapa diantara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa yang sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (ia wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur. (SQ. Al-Baqarah: 185)



RUKUN PUASA RAMADHAN


فصل اركانه ثﻻثة اشياء
نية ليﻻ لكليوم فى الفرض
وترك مفطرذاكرا مختارا غير جاهل معذور
وصائم


FASLUN ARKAANUHU TSALATSATU ASYA’A.
NIYATUN LAYLAN LI-KULLI YAUMIN FI AL-FARDLI,
WA TARKU MUFTHIRIN DZAKIRON MUKHTARON GHOYRO JAHILIN MA’DZURIN
WA SHOIMIN.

Rukun puasa ramadhan ada tiga perkara, yaitu:
1. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan Ramadhan.

2. Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa ketika masih dalam keadaan ingat, bisa memilih (tidak ada paksaan) dan tidak bodoh yang ma’zur (dima’afkan).

3. Orang yang berpuasa.


Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah:
Rukun puasa ada tiga.

Pertama, niat puasa wajib di malah hari di setiap hari.
Tempat niat adalah di hati dan wajib menghadirkan niat berpuasa.

Kedua, meninggalkan sesuatu yang bisa membatalkan puasa sepertu makan dan minum atau bersetubuh dengan istri.



Ketiga, ingat bahwa dirinya berpuasa, melaksanakannya atas kehendak pribadi tanpa paksaan, tidak bodoh yang dapat dianggap sebagai udzur, dan betul-betul berpuasa.
Jika sebaliknya, semisal melaksanakan puasa atas dasar paksaan orang lain, maka tidak sah.


QODLO PUASA


فصل ويجب مع القضاء للصوم الكفارة العظمى اتعزير على من افسد صومه فى رمضان يوما كامﻻ بجماع تام آثم به للصوم ويجب مع القضاء اﻻمساك للصوم فى ستة مواضع

اﻻول في رمضان ﻻ فى غيره على متعد بفطره
والثانى على تارك النية ليﻻ فى الفرض
و الثالث على من تسحر ظانا بقااليل فبان خﻻفه
والرابع على من افطر ظانا الغروب فبان خﻻفه ايضا
والخامس على من بان له يوم ثﻻثى شعبان انه من رمضان
والسادس على من سبقه ماءالمبالغة من مضمضة واستنشاق





FASLUN WA YAJUBU MA’AL-QODLOI LI AS-SHAOMI AL-KAFAROTU AL-‘UDHMA,
WA AT-TA’ZIRU ‘ALA MAN AFSADA SHAOMAHU FI RAMADHANA YAUMAN KAMILAN BI-JIMA’IN TAMIN ATSAMMA BIHI LISH-SHOUMI,
WA YAJIBU MA’AL-QODLOOI AL-IMSAKU LI AS-SAOMI FI SITTATI MAWADHI’A.

AL-AWWALU FI RAMADHANA LA FI GHOERIHI ‘ALA MUTA’ADDIN BI-FITHRIHI.
WATS-TSANI ‘ALA TARIKIN AN-NIYAT LAYLAN FI AL-FARDHI. WA AS-TSALITSU ‘ALA MAN TASAHHARO DHZONNAN BAQOA AL-LAYLI FA BANA KHILAFUHU.
WA AR-ROBI’U ‘ALA MAN AFTHORO DZHONNAN AL-GHURUBA FA BANA KHILAFUHU AYDHON.
WAL-KHOMISU ‘ALA MAN BANA LAHU YAUMUTS-TSULUTSAYI SYA’BANA ANNAHU MIN ROMADLONA.
WA AS-SADISU ‘ALA MAN SABAQOHU MA’ AL-MUBALAGHOH MIN MADLMADLOHTIN WA ISTINSYAQIN.


Diwajibkan: mengqhadha puasa, kafarat besar dan teguran terhadap orang yang membatalkan puasanya di bulan Ramadhan satu hari penuh dengan sebab menjima’ lagi berdosa sebabnya.

Dan wajib serta qhadha: menahan makan dan minum ketika batal puasanya pada enam tempat:
1. Dalam bulan Ramadhan bukan selainnya, terhadap orang yang sengaja membatalkannya.

2. Terhadap orang yang meninggalkan niat pada malam hari untuk puasa yang Fardhu.

3. Terhadap orang yang bersahur karena menyangka masih malam, kemudian diketahui bahwa Fajar telah terbit.
4. Terhadap orang yang berbuka karena menduga Matahari sudah tenggelam, kemudian diketahui bahwa Matahari belum tenggelam.

5. Terhadap orang yang meyakini bahwa hari tersebut akhir Sya’ban tanggal tigapuluh, kemudian diketahui bahwa awal Ramadhan telah tiba.

6. Terhadap orang yang terlanjur meminum air dari kumur-kumur atau dari air yang dimasukkan ke hidung.



Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah:
Bersamaan dengan wajib meng-qadha yaitu wajib membayar kafarah dan hukuman ta’zir atas seseorang yang merusak puasa di bulan ramadhan satu hari penuh dengan sebab bersenggama dengan istrinya (jima’), dan ia pun berdosa.
Bersama dengan wajib meng-qadha yaitu wajib mengekang untuk berpuasa dalam enam kondisi atau keadaan.

Pertama, di bulan ramadhan dan bukan yang lainnya bagi orang yang sembrono dan semena berbuka puasa.
Seperti seorang yang minum arak sampai mabuk di malam hari bulan puasa ramadhan.
Maka di siang hari ia harus memuntahkannya. Sehingga dengan sebab muntah, puasannya batal, akan tetapi ia wajib mengekah dengan tidak makan, minum dan jimak sebagaimana orang yang sedang berpuasa.


Kedua, orang yang meninggalkan niat puasa fardhu di malam hari, ia wajib mengekang diri agar tidak memakan, minum dan jimak layaknya seperti berpuasa, akan tetapi ia wajib meng-qadhanya.


Ketiga, seorang yang makan sahur karena menduga masih malam, namun kenyataannya sudah pagi, jika ia tidak berdasarkan ijtihad maka ia wajib meng-qadha serta mengekang seperti berpuasa.


Keempat, orang yang berbuka puasa dengan dugaan sudah masuk waktu maghrib, tapi kenyataannya berbeda.
Maka ia tetapi mengekah seperti puasa dan sekaligus wajib qadha.

Kelima, seorang yang dengan jelas bahwa ternyata hari ketiga puluh bulan Sya’ban adalah bulan ramadhan.

Keenam, orang yang menelan minuman dari seseorang yang air berkumur atau air isapan hidung.




BATAL PUASA RAMADHAN



بسم الله الرحمن الرحيم
فصل يبطل الصوم بردة وحيض ونفاس اووﻻدة وجنون ولولحظة وبإغماء وسكر تعدى به عماجميع النهار



FASLUN YABTHULU AS-SHOUMU BIR-RIDDATIN
WA HAIDHIN
WA NIFASIN AU WILADATIN
WA JUNUNIN WALAU LAHDZHOTAN
WA BI-IGHMAIN WA SUKARIN TA’ADDA BIHI IN ‘AMMA JAMII’ AN-NAHARI


Batal puasa seseorang dengan beberapa macam, yaitu:
- Sebab-sebab murtad.
- Haidh.
- Nifas.
- Melahirkan.
- Gila walaupun sebentar.
- Pingsan dan mabuk yang sengaja jika terjadi yang tersebut di siang hari pada umumnya.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah:
Puasa bisa dibatalkan dengan sebab murtad, haid, nifas, atau melahirkan anak,



KATEGORI HUKUM MEMBATALKAN PUASA


فصل اﻻفطار فى رمضان اربعة انواع
واجب كما فى الحائض والنفاس
وجائز كما فى المسافر والمريض
وﻻوﻻ كما فى المجنون
ومحرم كمن اخر قضاءرمضان مع تمكنه حتى ضاق الوقت عنه

واقسام اﻻفطار اربعة ايضا
مايلزم فيه القضاء والفدية وهو اثنان
اﻻول اﻻفطار لخوف على غيره والثنى اﻻفطار مع تأخيرقضاء مع امكانه حتى ياتى رمضان آخر
ثانيها ما يلزم فيه القضاء دون الفدية وهو يكثر كمغمى عليه
وثالثها ما يلزم الفدية دون القضاء وهو شيخ كبير
ورابعها ﻻوﻻ وهوالمجنون الذى لم يعتدبمجنونه


FASLUN AL-IFTHORU FI ROMADHOONA ARBA’ATU ANWA’IN. WAJIBUN KAMA FI AL-HAIDL WA NUFASA’.
WA JAIZUN KAMA FI AL-MUSAFIR WA AL-MARIDL.
WALA WALA KAMA FI AL-MAJNUN.
WA MUHARROMUN KAMAN AKKHORO QODHUA ROMADHONA MA’A TAMAKKUNIHI HATTA DHOQO AL-MAQTU ‘ANHU.

WA AQSAMU AL-IFTHARI ARBA’ATUN AYDHON.
MAA YALZAMU FIHI AL-QODHOU WA AL-FIDYATU WA HUWA ITSNANI, AL-AWWALUL-IFTHOR LI-KHAUFIN ‘ALA GHOERIHI, WATS-TSANI AL-IFTHOR MA’A TA’KHIRI QODHOIN MA’A IMKANIHI YA’TIYA ROMADHONUN AKHOR.

ATSANIHA MA YALZAMU FIHI AL-QODHO’ DUNA AL-FIDYAH WAHUA YUKATSIRU KAL-MUGHMA ‘ALAIHI,

WATS-TSALITSUHA MA YALZAMU FIHI AL-FIDYATU DUNA AL-QODO’ WA HUAS SYAIKHUN KABIRUN.

WAR-ROBI’UHA LA WA LA WA HUA AL-MAJNUNU AL-LADZI LAM YA’TAD BI-JUNUJIHI.


Membatalkan puasa di siang Ramadhan terbagi empat macam, yaitu:
1. Diwajibkan, sebagaimana terhadap wanita yang haid atau nifas.
2. Diharuskan, sebagaimana orang yang berlayar dan orang yang sakit.
3. Tidak diwajibkan, tidak diharuskan, sebagaimana orang yang gila.
4. Diharamkan (ditegah), sebagaimana orang yang menunda qhadha Ramadhan, padahal mungkin dikerjakan sampai waktu qhadha tersebut tidak mencukupi.


Kemudian terbagi orang-orang yang telah batal puasanya kepada empat bagian, yaitu:

1. Orang yang diwajibkan qhadha dan fidyah, seperti perempuan yang membatalkan puasanya karena takut terhadap orang lain saperti bayinya. Dan seperti orang yang menunda qhadha puasanya sampai tiba Ramadhan berikutnya.

2. Orang yang diwajibkan mengqhadha tanpa membayar fidyah, seperti orang yang pingsan.

3. Orang yang diwajibkan terhadapnya fidyah tanpa mengqhadha, seperti orang yang sangat tua yang tidak kuasa.


4. Orang yang tidak diwajibkan mengqhadha dan membayar fidyah, seperti orang gila yang tidak disengaja.
Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah:
Berbuka puasa di bulan Ramadhan terdapat empat keadaan dan hukum.

Pertama, berbuka puasa adalah wajib sebagaimana perempuan yang sedang mengalami menstruasi (haid) dan perempuan yang mengalami nifas.

Kedua, berbuka puasa adalah diperbolehkan sebagimana orang yang dalam keadaan diperjalanan (musafir) dan orang yang sedang sakit.

Ketiga, berbuka puasa yang tidak diwajibkan dan juga tidak diperbolehkan yaitu bagi orang gila.

Keempat, berbuka puasa diharamkan bagi orang yang mengakhirkan qadha puasa ramadhan padahal ia punya banyak kesempatan waktu yang sangat luas sampai waktu untuk meng-qadha semakin menyempit.

Setelah membahas berbagaimacam hukum berbuka puasa di bulan ramadhan dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi seseorang.
Selanjutnya menjelaskan konsekwensi dan hukuman apa yang setimpal bagi orang yang berbuka puasa di bulan ramadhan, setidaknya ada empat juga konsekwensi bagi hukuman orang yang berbuka puasa tersebut.

◆ Pertama, wajib meng-qadha sekaligus bayar fidyah (denda) bagi dua jenis penyebab berbuka puasa, yaitu
1). Berbuka puasa disebabkan takut pada ancaman orang lain, dan
2). Berbuka puasa serta dalam menunaikan qadha-nya diakhirkan sampai menjelang bulan ramadhan yang lain, padahal ia memiliki waktu yang cukup luas untuk memenuhinya

◆ Kedua, wajib qadha tapi tidak wajib membayar fidyah, dan jenis inilah yang paling banyak. Seperti orang yang terserah penyakit epilepsi (ayan) pada waktu berpuasa, orang yang lupa niat, dan orang-orang yang berbuka puasa secara sembrono semaunya (sendiri) kecuali berbuka puasa disebabkan jima’.

◆Ketiga, wajib membayar fidyah tapi tidak wajib qadha puasa, seperti orang yang sudah tua rentah yang sama sekali tidak mampu menjalankan puasa sepanjang masanya.

◆Keempat, tidak diwajibkan membayar fidyah dan juga tidak diwajibkan qadha puasa, yaitu anak kecil yang belum baligh, orang gila yang penyebab kegilaannya tidak dikarenakan penyebab yang sembarangan dan semaunya sendiri, dan orang kafir asli.

Berkaitan dengan konsekwensi bagi orang yang berbuka puasa disebabkan ada udzur tertentu, sebagaimana Allah berfirman:


أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُون
َ
(Yaitu) beberapa hari tertentu.
Maka barang siapa diantara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggati atau qadha) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain.
Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin.
Tetapi barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka ia lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
(SQ. Al-Baqarah: 184)


شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون
َ
Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkannya al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang salah).
Karena itu barang siapa diantara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa yang sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa),
maka (ia wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.
(SQ. Al-Baqarah: 185)




◆◆◆◆
•••••••

YANG TIDAK MEMBATALKAN PUASA

فصل الذى ﻻيفطر مما يصل الى الجوف سبعة
أفراد ما يصل الى الجوف بنسيان اوجهل اواكراه ويجريان ريق بما بين أسنانه وقد عجز عن مجه لعذره وما وصل الى الجوف وكان غبار طريق وما وصل اليه وكان غربلة دقيق أو ذبابا طائرا او نحوه

والله اعلم بالصواب

FASLUN AL-LADZI LA YUFTHIRU MIMMA YASHILU ILAL-JAUFI SAB’ATU AFRODIN,
MA YASHILU ILAL-JAUF BI-NISYANIN AU JAHLIN AU IKROHIN WA BI-JIRYANI RIQIN BI-MA BAYNA ASNANIHI WA QOD ‘AJIZA ‘AN MAJJIHI LI-‘UDZRIHI.

WA MAA WASHOLA ILA AL-JAUF WA KAANA GHUBARO THORIQIN WA MA WASHOLA ILAIHI WA KANA GURBALATA DAQIIQIN ATU DUBABAN THOIRAN AU NAHWAHU.

WAL-LAHU A’LAM BI AS-SHOWAB.

نسال الله الكريم بجاه نبيه الوسيم ان يخرجنى من الدنيا مسلما
ووالدى واحبآءئى ومن الى انتمى وان يغفرلى ولهم مقحمات ولهما
وصلى الله على سيدنا محمد ابن عبدالله بن عبدالمطلب بن هاشم بن عبد مناف رسول الله الى كافة الخلق رسول المﻻحم حبيب الله الفاتح الخاتم وآله وصحبه أجمعين
والحمدلله رب العالمين



NAS’ALU AL-LOHA AL-KARIM
BI-JAHI NABIYYIHI
AL-WASYIM AN-YUKHRIJADI MIN AD-DUNYA MUSLIMAN WA WALIDAYYA WA AHIBBA’Y WA MAN ILAYYA INTAMA WA AN YAGHFIROLY WA LAHUM MUQHIMATIN WA LAMAMA WA SHOLA ALLOHU ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMAD IBNU ‘ABDULLAHI BIN ‘ABDU AL-MUTHALLIBI BIN HASYIM BIN ‘ABDU MANAFIN WA ROSULI AL-MALAHIM HABIBI ALLAH AL-FATIH AL-KHOTIM WA ALIHI WA SOHBOHI AJMA’IN
WAL-HAMDU LILLAHI ROBBI AL-‘ALAMIINA.



Perkara-perkara yang tidak membatalkan puasa sesudah sampai ke rongga mulut ada tujuh macam, yaitu:

1. Ketika kemasukan sesuatu seperti makanan ke rongga mulut denga lupa
2. Atau tidak tahu hukumnya .
3. Atau dipaksa orang lain.
4. Ketika kemasukan sesuatu ke dalam rongga mulut, sebab air liur yang mengalir diantara gigi-giginya, sedangkan ia tidak mungkin mengeluarkannya.
5. Ketika kemasukan debu jalanan ke dalam rongga mulut.
6. Ketika kemasukan sesuatu dari ayakan tepung ke dalam rongga mulut.
7. Ketika kemasukan lalat yang sedang terbang ke dalam rongga mulut.


Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah:
Ada tujuh kondisi atau keadaan yang menyebabkan tidak membatalkan puasa segenap sesuatu yang sampai dan masuk ke dalam perut seseorang.

Pertama, dengan sebab lupa. Sebagaimana hadits Nabi yang menyatakan bahwa “Barang siapa yang lupa bahwa ia adalah orang yang sedang berpuasa, kemudian makan atau minum maka orang itu harus tetap melanjutkan dan menyempurnakan puasanya, sedangkan makanan dan minuman yang tertelan adalah pemberian Allah bagi dirinya”,
diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, dan hadits tersebut termasuk hadits sahih.

Kedua, dengan sebab tidak tahu.

Ketiga, dipaksa agar makan atau minum.


Keempat, mengalirnya ludah yang ada di antara sela-sela gigi dan tidak mampu untuk meludahkan atau mengeluarkannya disebabkan ada udzur.
Berbeda dengan riak atau dahak yang dapat dikeluarkan dengan mudah, maka harus dikeluarkan dan tidak boleh ditelan. Demikian juga semisal ada sisa-sisa Kopi di dalam mulut, lidah dan gigi seseorang yang kebetulan minum kopi menjelang fajar, maka sisa-sisa Kopi itu harus dikeluarkan dari mulutnya sampai tidak tersisa.

Kelima, debu jalanan yang masuk ke dalam perut, baik debu yang suci atau najis—meskipun najis mughalladhah maka tidak membatalkan puasa.

Keenam, debunya gelepung atau tepung terigu atau aci yang berterbangan masuk ke dalam perut seseorang maka tidak membatalkan puasa.

Ketujuh, lalat atau nyamuk dan sesamanya yang terbang memasuki mulut seseorang kemudian tertelan, maka tidak membatalkan puasa sebab susah untuk dihindarinya.



Akhir kata sebagai kata penutup kitab as-Safinah an-Najah ini, penulis kitab ini mengatakan dengan penuh kerendahan hatinya bahwa hanya Allah yang maha mengetahui hakikat kebenaran.
Kami memohon kepada Allah, dengan ditempatkan bersama Nabi dan para rasulNya yang agung, agar Allah mengeluarkan kami dari dunia dalam keadaan muslim, demikian juga kedua orang tua, dan kami berharap supaya Allah memberikan maaf dan ampunannya pada kami, para kekasih dan orang-orang yang sebangsa dan setanah air dengan kami atas dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil yang telah kami perbuat.



Wassalam

TERJEMAH SAFINATUN NAJA DAN KASIFATUS SAJA LENGKAP (BAGIAN 9)

TERJEMAH SAFINATUN NAJA DAN KASIFATUS SAJA (BAGIAN 9)



◇◇◇◇◇☆☆☆☆☆ SAHNYA BERJAMA'AH ☆☆☆☆☆◇◇◇◇◇

بسم الله الرحمن الرحيم

[ فصل ] صور القدوة تسع
تصح غى خمس
◆ قدوة رجل برجل
◆ وقدوة إمرأة برجل
◆ وقدوة خنثى برجل
◆ وقدوة إمرأة بخنثى
◆وقدوة غمرأة بإمراة

BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIIM
FASLUN. SHUWARUL-QUDWATI TIS’UN TASIHHU FI KHOMSIN. ◆ QUDWATU ROJULIN BI-ROJULIN.
◆ WA QUDWATU IMROATIN BI-ROJULIN.
◆ WA QUDWATU KHUNTSA BI-ROJULIN.
◆ WA QUDWATU IMROATIN BI-KHUNTSA.
◆ WA QUTWATU IMROATIN BI-IMROATIN.

Ada lima golongan orang–orang yang sah dalam berjamaah, yaitu:
1- Laki –laki mengikut laki – laki.
2- Perempuan mengikut laki – laki.
3- Banci mengikut laki – laki.
4- Perempuan mengikut banci.
5- Perempuan mengikut perempuan.

وتبطل فى اربع
◆ قدوة رجل بإمرأة
◆ وقدوة رجل بخنثى
◆ وقدوة خنثى بغمرأة
◆ وقدوة خنثى بخنثى

WA TABTHULU FI ARBA’IN.
◆ QUDWATHU ROJULIN BI-IMROATIN.
◆ WA QUDROTU ROJULIN BI-KHUNTSA.
◆ WA QUBROTU KHUNTSA BI-IMRAATIN.
◆ WA QUDROTU KHUNTSA BI-KHUNTSA.

Ada empat golongan orang – orang yang tidak sah dalam berjamaah, yaitu:
1- Laki – laki mengikut perempuan.
2- Laki – laki mengikut banci.
3- Banci mengikut perempuan.
4- Banci mengikut banci.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Gambaran bermakmum yang dimungkinkan dan sesuai dengan aturan syairat Islam ada sembilan (9),
yang kelima (5) dianggap sah dan yang empat dianggap tidak sah.

Adapun yang lima gambaran yang dianggap sah shalat dan jama’ahnya yaitu
Pertama, bermakumnya laki-laki pada sang imam yang juga laki-laki.

Kedua, perempuan bermakmum pada imam dari golongan laki-laki.

Ketiga, Banci (khuntsa) yang memiliki dua jenis kelamin bermakmum pada imam dari golongan laki-laki.

Keempat, perempuan bermakmum pada imam dari golongan khuntsa (manusia yang memiliki dua jenis kelamin). Dan

kelima, perempuan bermakmum pada golongannya sendiri yaitu perempuan.

Sedangkan empat gambaran bermakmum yang dianggap tidak dapat disahkan dan dibenarkan yaitu
Pertama, laki-laki bermakmum pada imam dari golongan peremuan.

Kedua, laki-laki bermakmum pada imam dari golongan khuntsa (banci yang berkelamin dua).

Ketiga, khuntsa (banci yang berkelamin dua) bermakmum pada imam dari golongan perempuan.

Dan keempat, khuntsa bermakmum pada imam dari golongannya sendiri yaitu khuntsa.




SHOLAT JAMA'


بسم الله الرحمن الرحيم
فصل شروط جمع التقدم أربعة
البداءة باﻻولى
ونية الجمع فيها
والموﻻة بينهما
ودوام العذر

FASLUN SYURUUTHU JAM’IT-TAQDHIMI ARBA’ATUN.
AL-BADAATU BIL-ULA
WA NIYATUL-JAM’I FIHA,
WAL-MUWALAT BAYNAHUMA
WA DAWAMUL-‘UDZRI.

Ada empat, syarat sah jamak taqdim (mengabung dua shalat diwaktu yang pertama), yaitu:
1- Di mulai dari shalat yang pertama.
2- Niat jamak (mengumpulkan dua shalat sekali gus).
3- Berturut – turut.
4- Udzurnya terus menerus.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Syarat Jama’ taqdim,
—baik disebabkan karena dalam perjalanan jauh atau disebabkan hujan
—ada empat (4) syarat.
Pertama, harus terlebih dahulu mengerjakan shalat yang pertama dan disusul dengan shalat yang kedua.
Seperti jika seseorang yang menjama’ anatara shalat dzuhur dan asar, maka terlebih dahulu mengerjakan shalat dzuhur dan kemudian disusul dengan shalat asar.
Jika dibalik, melaksanakan shalat asar terlebih dahulu kemudian shalat dzuhur, maka shalatnya tidak sah.
Sebab yang mengikuti (tabi’) tidak boleh mendahului yang diikuti (matbu’).

Kedua, niat shalat jama’ pada saat melaksanakan shalat yang pertama.

Ketiga, dilaksanakan secara berurutan antara kedua shalat.

Artinya antara satu shalat yang pertama dengan shalat yang kedua tidak disela-selai oleh pekerjaan yang lain.

Keempat, adanya udzur yang kontinu. Seperti perjalanan panjang dan hujan yang deras. Jika sudah tidak ada perjalanan lagi, sudah ada di rumah dan dalam hidup normal tanpa ada udzur, maka sudah tidak boleh lagi melakukan shalat jama’.

فصل شررط جمع التأخر إثنان
نية التأخيروقد بقى من وقت اﻻولى ما يسعها
ودوام العذر الى تمام الثانية

SYARAT JAMAK TAKHIR
FASLUN. SYURUUTHU JAM’I AT-TA’KHIRI ITSNANI.
NIYATUT-TA’KHIRI, WA QAD BAQIYA MIN WAQTI AL-ULYA MA YASA’UHA
WA DAWAMUL-‘UDZRI ILA TAMAM AT-TSANIYAH.
Ada dua syarat jamak takhir, yaitu:
1- Niat ta’khir (pada waktu shalat pertama walaupun masih tersisa waktunya sekedar lamanya waktu mengerjakan shalat tersebut).
2- Udzurnya terus menerus sampai selesai waktu shalat kedua.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Syarat melaksanakan shalat jama’ ta’khir ada dua (2).

Pertama, niat mengakhirkan shalat pertama yang sejatinya memiliki waktu yang cukup luas untuk melaksanakan shalat yang pertama itu.
Seperti jika seseorang hendak men-jamah’ ta’khirkan antara shalat dzuhur dan asar, maka terlebih dahulu harus niat mengakhirkan shalat dzuhur, lantaran shalat dzuhur akan dilaksanakan di waktu shalat asar.

Kedua, adanya udzur yang kontinu sampai waktu shalat yang kedua tiba.
Seperti perjalanan jauh yang memakan waktu dari waktu shalat yang pertama, semisal dzuhur, sampai tiba waktu shalat yang kedua, semisal asar, dan kedua waktu tersebut (dzuhur dan asar) tercakup dalam waktu perjalanan.

فصل شروط القصر سبعة
ان يكون سفره مرحلتين
و ان يكون مباحا
والعلم بجوازالقصر
ونية القصرعنداﻻحرام
وان تكون الصﻻة رباعية
ودوام السفر الى تمامها
وان ﻻيقتدى بمتم فى جزء من صﻻته

SYARAT QASAR
FASLUN SYURUUTUL-QOSHRI SAB’ATUN.
ANYAKUNA SAFARUHU MARHALATAYNI,
WA AN YAKUNA MUBAHAN,
WA YA’LAMU BI-JAWAZIL-QOSHRI,
WA NIYATUL-QOSHRI ‘INDAL-IHRAM,
WA AN TAKUNA AS-SHOLATU RUBA’IYATAN,
WA DAWAMUS-SAFARI ILA TAMAMIHA,
WA AN LA-YAQTADIYA BI-MUTAMMIN FI JUZ’IN MIN SHOLATIHI,

Ada tujuh syarat qoshar, yaitu:
1- Jauh perjalanan dengan dua marhalah atau lebih (80,640 km atau perjalanan sehari semalam).
2- Perjalanan yang di lakukan adalah safar mubah (bukan perlayaran yang didasari niat mengerja maksiat ).
3- Mengetahui hukum kebolehan qasar.
4- Niat qasar ketika takbiratul `ihram.
5- Shalat yang di qasar adalah shalat ruba`iyah (tidak kurang dari empat rak`aat).
6- Perjalanan terus menerus sampai selesai shalat tersebut.
7- Tidak mengikuti dengan orang yang itmam (shalat yang tidak di qasar) dalam sebagian shalat nya.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Syarat shalat qashar ada 7 (tujuh).
Pertama, perjalanannya harus mencapai dua marhalah. Kedua, perjalanannya harus perjalanan yang dibenarkan atau diperbolehkan menurut syariat.
Termasuk juga perjalanan karena hendak melaksanakan kewajiban, seperti perjalanan haji, dan perjalanan dengan tujuan melaksanakan sunnah seperti ziarah kubur.
Jika seseorang yang melakukan perjalanan dengan tujuan bermaksiat, maka tidak diperkenankan meng-qoshar shalat.
Perlu diketahui bahwa perjalanan (safar) seseorang ada tiga macam motivasi atau niat;

1). Al-‘ashi bi as-safar, yaitu perjalanan dengan tujuan melakukan maksiat, seperti begal jalan, merampok, dll.
Jelas sekali perjalanan semacam ini bagi pejalannya tidak boleh melakukan qoshar shalat.
Namun jika di tengah-tengah perjalanan seseorang bertaubat dan memperbaharui niatnya, maka sisa perjalananya boleh digunakan qoshar shalat.

2). Al-‘ashi fi as-safar, yaitu perjalanan dengan tujuan yang benar dan tetap pada rel syariat Islam, namun melakukan maksiat di tengah-tengah perjalanan.
Seperti seorang yang bertujuan haji, tapi di tengah perjalanan ia berzina atau minum khamr (arak), maka sisa perjalanan selanjutnya tidak boleh meng-qoshar shalat.

3). Al-‘ashi bi as-safar fi as-safar, yaitu perjalanan dengan tujuan yang benar dan ketaatan, namun di tengah-tengah perjalanan dirubah untuk tujuan maksiat.

Ketiga, mengetahui diperbolehkannya meng-qoshar shalat.

Keempat, niat qoshar shalat pada saat takbiratul ihram.

Kelima, shalat yang di-qoshar adalah shalat yang empat rakaat, seperti shalat dzuhur, asar dan ‘isya.

Keenam, kontinuitasnya perjalanan secara pasti sampai shalat qoshar selesai dilaksanakan.

Ketujuh, seorang yang hendak meng-qoshar salah tidak boleh makmum pada orang yang itmam(sempurna sholatnya/tidak di Qoshor) dalam sebagian dari shalatnya.




÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷ Bab Sholat Jum'at ÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

Terjemahan kitab Safinatun Najah
Syekh Salim Bin Samiir Al-Hadlromi
Dan Kitab Syarah kaasyifatus Saja
Syekh Abu Abdul Mu'thi Muhammad Nawawi Al-Jaawi
Berdasarkan madzhab Imam Syafi'i r.a.

Semoga memberikan manfa'at bagi kita semua,....

بسم الله الرحمن الرحيم
فصل شروط الجمعة ستة
◆ان تكون كلها فى وقت الظهر
◆وان تقام فى خطة البلد
◆وان تصلى جماعة
◆وان يكونوا اربعين إحرارا ذكورابالغين مستوطنين
◆ان ﻻتسبقهاوﻻتقارنها جمعة فى تلك البلد
◆وان يتقدمهاخطبتان

SYARAT SHALAT JUMAT
FASLUN SYURUUTHUL-JUM’ATI SITTATUN.
◆AN TAKUNA KULLAHA FI WAQTID-DZUHRI,
◆WA AN TUQOOMA FII KHITTHATIL-BALADI,
◆WA AN TUSHOLLIYA JAMA’ATAN,
◆WA AN YAKUUNU ARBA’INA IHRARAN DZUKURON BIL-GHINI MUSTAUTHINIYNA
◆AN LA TASBIQUHA WA LA TUQORINUHA JUM’ATUN FI TILKAL-BALADI,
◆WA AN YATAQODDAMAHA KHOTBATANI

Syarat sah shalat Jum’at ada enam, yaitu:
1. Khutbah dan shalat Jum’at dilaksanakan pada waktu Dzuhur.
2. Kegiatan Jum’at tersebut dilakukan dalam batas desa.
3. Dilaksanakan secara berjamaah.
4. Jamaah Jum’at minimal berjumlah empat puluh (40) laki-laki merdeka, balig dan penduduk asli daerah tersebut(menetap).
5. Tidak didahului atau dibarengi oleh jum'atan(yg lain) didalam satu wilayah/desa
6. Dilaksanakan secara tertib, yaitu dengan khutbah terlebih dahulu, disusul dengan shalat Jum’at.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Syarat shalat Jum’at ada 6 (enam).
Pertama, secara keseluruhan rukun-rukun shalat Jumat harus berada dalam waktu dzuhur. Jika ada seorang makmum mendapati hanya satu rakaat dari dua rakaat shalat Jumat sang imam, maka ia tinggal menambahi satu rakaat berikutnya, yaitu rakaat keduanya dan dianggap sebagai shalat Jum’at. Tapi jika tidak mendapatkan satu rakaat dari dua rakaatnya imam, maka ia harus menggenapi sebagaimana shalat dzuhur yaitu empat rakaat.

Kedua, shalat Jum’at dilaksanakan dalam batasan satu daerah.

Ketiga, Shalat Jum’at harus dilaksanakan secara berjamaah. Tidak sah jika shalat Jum’at dilaksanakan sendirian (munfaridl).

Keempat, jamaah yang melasanakan shalat Jumat harus minimal empat puluh orang yang merdeka, laki-laki, yang sudah aqil baligh, dan penduduk asli daerah atau wilayah setempat. Menurut madzhab as-Syafii bahwa shalat Jumat baru bisa dilaksanakan harus ada empat puluh orang. Sedangkan menurut madzhab Hanafi tidak mensyaratkan harus empat puluh, bahkan Jumatan dapat dilaksanakan oleh empat orang jamaah, yang satu menjadi imam dan yang tiga menjadi makmumnya. Imam Malik pun memperbolehkan shalat Jumat dilaksanakan oleh tiga puluh atau dua puluh jamaah.

Kelima, tidak didahului atau tidak dibarenge oleh shalat jumat yang lain dalam satu daerah.
Artinya tidak boleh mendirikan shalat Jum’ah lebih dari satu, seperti dua Jum’ah-an atau tiga atau lebih.
Namun, jika dibutuhkan melaksanakan dua atau tiga Jum’ah dalam satu daerah karena jamaah tidak dapat tertampung dalam satu masjid, maka diperbolehkan melaksanakan shalat Jumat lebih dari satu.

Keenam, shalat Jum’ah harus didahului dengan kedua khutbah. Ada perbedaan antara khutbah shalat jumat dan khutbah shalat ‘Ied. Jika khutbah shalat Jumat dilaksanakan sebelum melaksanakan shalat, sedangkan khatbah ‘Ied dilaksanakan setelah shalat.
Syekah as-Sayyid Muhammad Shalih berfatwa bahwa dimakruhkan khatib Jum’ah dari selain imam. Dengan kata lain, sebaiknya khatib dan imam Jum’ah adalah satu orang, bukan orang yang berbeda, sebab jika orang yang berbeda maka dimakruhkan meski shalat Jum’ahnya tetap sah.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

RUKUN KHUTBAH JUM'AT

فصل اركان الجطبتين خمسة
حمدالله فيهما
والصﻻة على النبى صلى الله عليه وسلم فيهما
والوصية بالتقوى فيهما
وقراءة آية من القرآن فى احدهما
والدعاء للمؤمنين والمؤمنات فى اﻻخرة

RUKUN KHUTBAH JUMAT
FASLUN. ARKAANUL-KHUTBATAYNI KHOMSATUN.
- HAMDUL-LAHI FIHI,
- WA AS-SHOLATU ‘ALAN-NABIYYI SHALLAL-LAHU ‘ALAIHI WA SALLAM FIHIMA,
- WAL-WASHIYYATU BIT-TAQWA FIHIMA,
- WA QIROATU AYATIN MIN AL-QUR’AN FI IHDAHUMA,
- WA AD-DU’AU LIL-MU’MININA WA AL-MU’MINATI FIL-AKHIROTI.

Rukun khutbah Jum’at ada lima, yaitu:
1. Mengucapkan “الحمد لله” dalam dua khutbah tersebut.
2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dalam dua khutbah tersebut.
3. Berwasiat ketaqwaan kepada jamaah Jum’at dalam dua khutbah Jum’at tersebut.
4. Membaca ayat al-qur’an dalam salah satu khutbah.
5. Mendo’akan seluruh umat muslim pada akhir khutbah.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Rukun Khutbah Jum’ah.
Ada lima (5) rukun dalam melaksanakan kedua khutbah Jum’ah.
Pertama, memuji pada Allah (hamdul-Lah) dalam kedua khutbah.

Kedua, membaca shalawat pada Nabi Muhammad SAW. dalam kedua khatbah.

Ketiga, berwasiat dan memerintahkan atau menganjurkan ketakwaan yang diucapkan dalam kedua khutbah. Yang dinamakan dengan takwa adalah mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya.

Keempat, membaca minimal satu ayat dari al-Qur’an di salah satu kedua khutbah.

Kelima, membaca doa bagi umat mukmin laki-laki dan mukmin perempuan yang dikumandangkan di khutbah kedua.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

SYARAT KHUTBAH JUM'AT

فصل شروط الخطبتين عشرة
الطهارة عن الحدثين اﻻصغر واﻻكبر
والطهارة عن النجاسة فى ثوب والبدن والمكان
وثترالعورة
والقيام على القادر
والجلوس بينهما فوق طمأنينة الصﻻة
والمواﻻة بينهما وبين الصﻻة
وان تكون باالعربية
وان يسمعهما أربعين
وان تكون كلها فى وقت الظهر

FASLUN SYURUUTHUL-KHATBATAYNI ‘ASYAROTUN.
AT-TOHAROTU ‘ANIL-HADATSAYNI AL-ASGHAR WA AL-AKBAR,
WA AT-TOHAROTU ‘ANIN-NAJASATI FI ATS-TSAUBI WA AL-BADANI WA AL-MAKANI,
WA SATRUL-‘AURATI,
WA AL-QIYAMU ‘ALAL-QODIRI,
WAL-JULUSI BAYNAHUMA FAUQO THUMA’NINATIS-SHOLATI,
WAL-MUWALATU BAYNAHUMA,
WAL-MUWALATU BAYNAHUMA WA BAYNAS-SHOLAT,
WA AN TAKUNA BIL-‘AROBIYYATI,
WA AN YASMA’UHUMA ARBA’INA,
WA AN TAKUNA KULLUHA FI WAQTHI AD-DUHRI.

Syarat sah khutbah jum’at ada sepuluh, yaitu:
1. Bersih dari hadats kecil (seperti kencing) dan besar seperti junub.
2. Pakaian, badan dan tempat bersih dari segala najis.
3. Menutup aurat.
4. Khutbah disampaikan dengan berdiri bagi yang mampu.
5. Kedua khutbah dipisahkan dengan duduk ringan seperti tuma’ninah dalam shalat ditambah beberapa detik.
6. Kedua khutbah dilaksanakan dengan berurutan (tidak diselangi dengan kegiatan yang lain, kecuali duduk).
7. Khutbah dan sholat Jum’at dilaksanakan secara berurutan.
8. Kedua khutbah disampaikan dengan bahasa Arab.
9. Khutbah Jum’at didengarkan oleh 40 laki-laki merdeka, balig serta penduduk asli daerah tersebut.
10. Khutbah Jum’at dilaksanakan dalam waktu Dzuhur.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Syarat kedua khutbah Jum’ah.
Ada sepuluh (10) syarat kedua khutbah Jum’ah.

Pertama, suci dari kedua hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar.

Kedua, suci dari najis dalam pakean, badan, dan tempat. Artinya pakean, badan dan tempat atau bahkan semua yang menempel atau bersentuhan langsung dengan dan di pakean, badan dan tempat secara keseluruhan harus suci dari najis.

Ketiga, menutup aurat. Syarat menutup aurat khusus bagi khatib, tidak bagi para pendengarnya.

Keempat, khutbah harus dilaksanakan berdiri bagi yang mampu. Namun jika tidak mampu berdiri, maka diperbolehkan dilaksanakan sambil duduk.

Kelima, duduk di antara kedua khutbah dengan kira-kira lamanya di atas tuma’ninah shalat. Disunnahkan membaca surah al-Ikhlas pada saat duduk di antara kedua khutbah.

Keenam, muwalah (runut) di antara kedua khutbah. Tidak boleh disela-selai dengan pekerjaan yang lain.

Ketujuh, muwalah (runut di antara kedua khutbah dan shalat Jum’ah. Artinya tidak boleh disela-selai oleh diam yang terlalu lama atau dengan pekerjaan lain yang memakan waktu lama.

Kedelapan, khutbah dengan berbahasa Arab. Artinya kedua khutbah Jum’ah harus dikumandangkan dan disampaikan dengan menggunakan bahasa Arab, meskipun para jamaahnya orang non-Arab yang tidak mengerti dan tidak memahami isi kandungan khubtahnya. Namun menurut Imam as-Syarqawai yang dinukil dari Imam Barmawi mengatakan bahwa syarat khubtah harus menggunakan bahasa Arab dalam konteks para jamahnya adalah komunitas Arab yang memahami dan mengerti bahasa Arab, dan jika tidak demikian,
artinya para jamaahnya adalah non-Arab maka kedua khutbah cukup menggunakan bahasa non-Arab (‘ajam) yang sesuai dengan bahasa mereka, agar mereka memahami isi dan kandungan khutbahnya.
Kecuali ayat al-Quran yang harus dibaca sesuai dengan teks aslinya yang berbahasa Arab.

Kesembilan, kedua khutbah yang dikumandangkan sang khatib harus terdengar bagi minimal empat puluh jamaah. Dengan demikian suara sang khatib harus lantang dan keras agar dapat didengar oleh empat puluh pendengar dari para jamaah Jum’ah.

Kesepuluh, keseluruhan khutbah harus dilaksanakan dalam waktu dzuhur.







KEWAJIBAN ATAS JENAZAH


بسمزالله الرحمن الرحيم
فصل الذى يلزم للميت اربع خصال
غصله
و تكفينه
والصﻻة عليه
ودفنه

KEWAJIBAN PADA JENAZAH
FASLUN. AL-LADZI YALZAMU LIL-MAYYITI ARBA’U KHISHALIN.
GHOSLUHU,
WA TAKFINUHU, WA AS-SHOLATU ‘ALAIHI
WA DAFNIHI.

Kewajiban muslim terhadap saudaranya yang meninggal dunia ada empat perkara, yaitu:
1. Memandikan.
2. Mengkafani.
3. Menshalatkan (sholat jenazah).
4. Memakamkan.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Kewajiban bagi orang yang hidup atas mayat ada empat.

Pertama, memandikannya.
Atau gantinya mandi, seperti tayammum jika mayat tidak dapat dimandukan dengan air, semisal mayat yang gosong terbakar api dengan sekiranya jika dimandikan maka akan rapuh dan hancur.
Kecuali orang yang telah mati syahid.
Sebab orang yang mati syahid haram dimandikan dan wajib dishalati.

Kedua, mengkafaninya setelah selesai memandikannya atau setelah men-tayamumi-nya.

Ketiga, menshalati setelah dimandikan dan dikafani secara sempurna.

Keempat, menguburkannya. Bagi mayat yang mati syahid disunnahkan dikuburkan berikut pakain-pakainnya yang menempel di badan.
Sedangkan mayat orang kafir—baik dzimmi (kafir yang berdamai dengan umat Islam)
atau harby (kafir yang memerangi umat Islam)—tidak wajib dimandikan, tapi boleh dimandikan secara mutlak.
Diharamkan untuk dishalati.

÷÷÷÷
MEMANDIKAN JENAZAH



فصل اقل الغسل تعميم بدنه بالماء
واكمله ان يغسل سوأتيه
وان يزيل القذر من انفيه
وان يضئه
وان يدلك بدنه بالسدر
وان يصيب الماء عليه ثﻻثا



FASLUN AQOLLUL-GHUSLI TA’MIMU BADANIHI BIL-MA’I,
WA AKMALUHU AN YAGHSILA SAU’ATAYHI,
WA AN YAZIILAL-QADZRA MIN ANFIHI,
WA ANYUDHIUHU,
WA AN YUDLIKA BADANAHU BIS-SADRI,
WA AN YUSHIIBA AL-MA’A ‘ALAIHI TSALATSAN.

Cara memandikan seorang muslim yang meninggal dunia:
Minimal (paling sedikit):
membasahi seluruh badannya dengan air dan bisa disempurnakan dengan membasuh qubul dan duburnya, membersihkan hidungnya dari kotoran, mewudhukannya, memandikannya sambil diurut/digosok dengan air daun sidr dan menyiramnya tiga (3) kali.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Menjelaskan cara memandikan mayat.
Paling minimal memandikan mayat adalah dengan mengguyurkan air dengan secara merata pada sekujur tubuh mayit.
Akan tetapi jika targetnya adalah memandikan mayat yang baik adalah dengan sekiranya dapat membersihkannya.
Jika satu kali basuhan atau siraman belum juga dapat membersihkannya, maka harus disusul dengan siraman kedua, dan siraman berikutnya dan seterusnya.

Memandikan mayat yang paling sempurna adalah dengan cara membasuh kedua alat kelamin mayit, menghilangkan kotoran yang ada di dalam hidung mayat, mewudhuinya, menggosok sekujur tubuhnya dengan daun widara atau dengan sabun, membasuh dengan air tiga kali basuhan.

MENGKAFANI JENAZAH

فصل أقل الكفين ثوب يعمه واكمله للرجل ثﻻث لفائف
وللمرأة قميص وخمار وإزار ولفافتان

FASLUN. AQOLLUL-KAFANI TSAUBUN YU’UMMUHU,
WA AKMALUHU LIR-ROJULI TSALATSU LAFAAIFA,
WA LIL-MAR’ATI QOMIISHUN WA KHIMARUN WA IZAARUN WA LAFAAFATANI.

Cara mengkafani:
Minimal: dengan sehelai kain yang menutupi seluruh badan. Adapun cara yang sempurna bagi laki-laki:
menutup seluruh badannya dengan tiga helai kain,
sedangkan untuk wanita yaitu dengan baju, khimar (penutup kepala),
sarung dan 2 helai kain.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Batasan mengkafani mayit.
Batas minimal mengkafani mayit adalah baju atau pakain yang dapat menutupi sekujur tubuh mayit.
Artinya baju yang dapat menutupi sekujur tubuh kecuali kepalanya mayit.

Batas maksimal dan yang paling sempurna kafan bagi mayat laki-laki adalah tiga lapis kain yang dapat menutup sekujur tubuhnya.
Sementara kafan yang paling sempurna bagi mayat perempuan adalah baju gamis, baju kurung, kain jarik (nyamping atau izar) dan dua lapis kain.


RUKUN SHALAT JENAZAH

فصل اركان صﻻة الجنازة سبعة
اﻻول النية
الثانى اربع تكبيراة
الثالث القيام على القادر
الرابع قراءة افاتحة
الخامس الصﻻة على النبى صلى الله عليه وسلم بعدالثانية
الثادس الدعاء للميت بعد الثالثة
السابع السﻻم

FASLUN. ARKAANU SHALATIL-JANAZATI SAB’ATHUN.
AL-AWWALUN-NIYATU.
ATSANI ARBA’U TAKBIRATIN.
ATS-TSALITSU AL-QIYAMU ‘ALAL-QODHIR.
AR-ROBI’U QIRO’ATUL-FATIHAH.
AL-KHOMISU ASH-SHOLATU ‘ALAN-NABIYYI BA’DATS-TSANIYYAH. AS-SADISU AD-DU’AU LIL-MAYYITI BA’DATS-TSALITSAH.
AS-SABI’U AS-SALAMU.

Rukun shalat jenazah ada tujuh (7), yaitu:
1. Niat.
2. Empat kali takbir.
3. Berdiri bagi orang yang mampu.
4. Membaca Surat Al-Fatihah.
5. Membaca shalawat atas Nabi SAW sesudah takbir yang kedua.
6. Do’a untuk si mayat sesudah takbir yang ketiga.
7. Salam.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah

Rukun shalat janazah.
Ada tujuh (7) rukun shalat janazah.
Pertama, niat shalat janazah.
Kedua, empat kali takbir.
Ketiga, berdiri bagi orang yang mampu. Jika tidak mampu berdiri, cukup dengan duduk.
Keempat, membaca al-fatihah setelah takbir yang pertama.
Kelima, membaca shalawat pada Nabi setelah tabir kedua.
Keenam, do’a bagi mayit setelah takbir yang ketiga.
Ketujuh salam.

Doa-doa yang berkaitan dengan ritual janazah sebagaimana disebutkan di bawah ini;

DOA KETIKA MEMEJAMKAN MATA MAYAT



اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِفُلاَنٍ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّيْنَ، وَاخْلُفْهُ فِيْ عَقِبِهِ فِي الْغَابِرِيْنَ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، وَافْسَحْ لَهُ فِيْ قَبْرِهِ وَنَوِّرْ لَهُ فِيْه
ِ
“Ya Allah! Ampunilah si Fulan angkatlah derajatnya bersama orang-orang yg mendapat petunjuk berilah penggantinya bagi orang-orang yg ditinggalkan sesudahnya. Dan ampunilah kami dan dia wahai Tuhan seru sekalian alam. Lebarkan kuburannya dan berilah penerangan di dalamnya.”

DOA DALAM SHALAT JENAZAH

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ (وَعَذَابِ النَّارِ)

“Ya Allah! Ampunilah dia berilah rahmat kepadanya selamatkanlah dia maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia luaskan kuburannya mandikan dia dgn air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan baju yg putih dari kotoran berilahrumah yg lbh baik dari rumahnya berilah keluarga yg lbh baik daripada keluarganya istri yg lbh baik daripada istrinya dan masukkan dia ke Surga jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.”

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيْرِنَا وَكَبِيْرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا. اَللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى اْلإِسْلاَمِ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اْلإِيْمَانِ، اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تُضِلَّنَا بَعْدَه
ُ
“Ya Allah! Ampunilah kepada orang yg hidup di antara kami dan yg mati orang yg hadir di antara kami dan yg tidak hadir laki-laki maupun perempuan. Ya Allah! Orang yg Engkau hidupkan di antara kami hidupkan dgn memegang ajaran Islam dan orang yg Engkau matikan di antara kami maka matikan dgn memegang keimanan. Ya Allah! Jangan menghalangi kami utk tidak memperoleh pahalanya dan jangan sesatkan kami sepeninggalnya.”

اَللَّهُمَّ إِنَّ فُلاَنَ بْنَ فُلاَنٍ فِيْ ذِمَّتِكَ، وَحَبْلِ جِوَارِكَ، فَقِهِ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ، وَأَنْتَ أَهْلُ الْوَفَاءِ وَالْحَقِّ. فَاغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
ُ
“Ya Allah! Sesungguhnya Fulan bin Fulan dalam tanggunganMu dan tali perlindunganMu. Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa Neraka. Engkau adl Maha Setia dan Maha Benar. Ampunilah dan belas kasihanilah dia. Sesungguhnya Engkau Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.”

اَللَّهُمَّ عَبْدُكَ وَابْنُ أَمْتِكَ احْتَاجَ إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ، إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِيْ حَسَنَاتِهِ، وَإِنْ كَانَ مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ.

Ya Allah ini hambaMu anak hambaMu perempuan membutuhkan rahmatMu sedang Engkau tidak membutuhkan utk menyiksanya jika ia berbuat baik tambahkanlah dalam amalan baiknya dan jika dia orang yg salah lewatkanlah dari kesalahan-nya.

DOA UNTUK MAYAT ANAK KECIL

اَللَّهُمَّ أَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ.
Ya Allah lindungilah dia dari siksa kubur.
Apabila membaca doa berikut maka itu lbh baik:

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًا وَذُخْرًا لِوَالِدَيْهِ، وَشَفِيْعًا مُجَابًا. اَللَّهُمَّ ثَقِّلْ بِهِ مَوَازِيْنَهُمَا وَأَعْظِمْ بِهِ أُجُوْرَهُمَا، وَأَلْحِقْهُ بِصَالِحِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَاجْعَلْهُ فِيْ كَفَالَةِ إِبْرَاهِيْمَ، وَقِهِ بِرَحْمَتِكَ عَذَابَ الْجَحِيْمِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لأَسْلاَفِنَا، وَأَفْرَاطِنَا وَمَنْ سَبَقَنَا بِاْلإِيْمَان
ِ
.“Ya Allah! Jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala pendahulu dan simpanan bagi kedua orang tuanya dan pemberi syafaat yg dikabulkan doanya. Ya Allah! Dengan musibah ini beratkanlah timbangan perbuatan mereka dan berilah pahala yg agung. Anak ini kumpulkan dgn orang-orang yg shalih dan jadikanlah dia dipelihara oleh Nabi Ibrahim. Peliharalah dia dgn rahmatMu dari siksaan Neraka Jahim. Berilah rumah yg lbh baik dari rumahnya berilah keluarga {di Surga} yg lbh baik daripada keluarganya . Ya Allah ampunilah pendahulu-pendahulu kami anak-anak kami dan orang-orang yg mendahului kami dalam keimanan”

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ لَنَا فَرَطًا وَسَلَفًا وَأَجْرًا
“Ya Allah! Jadikan kematian anak ini sebagai simpanan pahala dan amal baik serta pahala buat kami.”

DOA UNTUK BELASUNGKAWA

إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى .. فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ.
Sesungguhnya hak Allah adl mengambil sesuatu dan memberikan sesuatu. Segala sesuatu yg di sisi-Nya dibatasi dgn ajal yg ditentukan. Oleh krn itu bersabarlah dan carilah ridha Allah.”
وَإِنْ قَالَ: أَعْظَمَ اللهُ أَجْرَكَ، وَأَحْسَنَ عَزَاءَكَ وَغَفَرَ لِمَيِّتِكَ. فَحَسَنٌ.
Apabila seseorang berkata: “Semoga Allah memperbesar pahalamu dan memperbagus dalam menghiburmu dan semoga diampuni mayatmu” adalah suatu perkataan yg baik.

BACAAN KETIKA MEMASUKKAN MAYAT KE LIANG KUBUR

بِسْمِ اللهِ وَعَلَى سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ
Bismillaahi wa ‘alaa sunnati Rasulillaah. artinya Dengan nama Allah dan di atas petunjuk Rasulullah.

DOA SETELAH MAYAT DIMAKAMKAN

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اَللَّهُمَّ ثَبِّتْهُ
Ya Allah ampunilah dia ya Allah teguhkanlah dia.

DOA ZIARAH KUBUR

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ (وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ) أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَة
َ
Semoga kesejahteraan untukmu wahai penduduk kampung dari orang-orang mukmin dan muslim. Sesungguhnya kami –insya Allah- akan menyusulkan kami mohon kepada Allah utk kami dan kamu agar diberi keselamatan.

MENGUBUR JENAZAH

فصل اقل الدن حفرة تكتم رأائحته وتحرسه من السباع
واكمله قامة وبسطة ويضع خده على الترب ويجب توجيهه الى القبلة

FASLUN. AQOLLU AD-DAFNI HAFROTUN TAKTUMU ROIHATUHU WA TAHRISUHU MIN AS-SIBA’I.
WA AKMALUHU QOMATUN WA BASTHATUN,
WA YUDHA’U KHODDAHU ‘ALA AT-TUROB,
WA YAJIBU TAUJIHUHU ILA AL-QIBLAT.

Sekurang-kurang menanam (mengubur) mayat adalah dalam lubang yang menutup bau mayat dan menjaganya dari binatang buas.

Yang lebih sempurna adalah setinggi orang dan luasnya, serta diletakkan pipinya di atas tanah.
Dan wajib menghadapkannya ke arah qiblat.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Penguburan Janazah.
Batas minimal liang lahat bagi kuburan janazah adalah lubang yang dapat menyimpan dan meredam bau busuk mayat dan menjaganya dari hewan atau binatang buas.
Artinya liang lahat yang dapat menyimpan bau busuk mayat dengan sekiranya bau busuknya tidak sampai keluar dari lubang dan terbawa oleh angin menyebar ke seluruh sekitar lingkungannya yang dapat menyebabkan polusi udara.
Dan lubang tersebut juga dapat menyimpannya sekiranya tidak dapat dibongkar dan dibuka oleh binatang buas yang akan memangsannya.

Sedangkan batas maksimal liang lahat bagi jenazah adalah kedalamannya sedalam dan sepanjang orang yang sedang berdiri sambil mengangkatkan tangannya, pipi janazah sebelah kanan diletakkan di atas tanah, dan wajib menghadapkan janazah ke arah kiblat.

MENGGALI KUBURAN

فصل ينبش الميت ﻻربعخصال للغسل اذالم يتغير ولتجيهه الى القبلة وللماء اذا دفن معه
وللمرأة اذا دفن جنينها معها وأمكت حياته

FASLUN YUNBASYU AL-MAYYITU LI-ARBA’I KHISHOLIN.
LIL-GHUSLI IDZA LAM YATAGHOYYAR.
WA LI TAUJIHIHI ILA AL-QIBLATI.
WA LIL-MAALI IDZAA DUFINA MA’AHU.
WA LIL-MAR’ATI IDA DUFINA JANIINUHA MA’AHA WA AMKANAT HAYATUHU.

Mayat boleh digali kembali, karena ada salah satu dari empat perkara, yaitu:
1. Untuk dimandikan apabila belum berubah bentuk.
2. Untuk menghadapkannya ke arah qiblat.
3. Untuk mengambil harta yang tertanam bersama mayat.
4. Wanita yang janinnya tertanam bersamanya dan ada kemungkinan janin tersebut masih hidup.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Kuburan mayit boleh dibuka atau dibongkar dengan adanya empat (4) sebab.

Pertama, karena hendak memandikannya jika mayat belum berubah, atau belum hancur dan membusuk. Artinya ketika mayat—mungkin karena lupa—belum dimandikan kemudian dikuburkan dengan begitu saja, maka kuburannya boleh dibuka kembali bertujuan hendak memandikannya.

Kedua, karena hendak menghadapkan mayat ke arah kiblat. Jika mayat dalam posisi berpaling dari arah kiblat atau telungkup, maka kuburannya boleh dibuka dan posisi mayat dibenahi agar menghadap kiblat.
Ketiga, mengambil harta atau materi yang terkubur bersama mayat.

Keempat, bagi mayat perempuan yang dikuburkan beserta janin yang dikandungnya di dalam perut dengan sekiranya dimungkinkan atau ada harapan janinnya bisa hidup. Artinya demi menyelamatkan janin yang ada di dalam perut mayit, yang masih ada harapan hidup, maka boleh dibongkar kembali kuburannya tersebut.




Bab Isti'aanah & Zakat




بسم الله تلرحمن الرحيم
فصل اﻻستعانات اربع خصال
مباحة
و خﻻف اﻻولى
ومكروهة
وواجبة

فالمباحة هى تقريب الماء
وخﻻف اﻻولى هى صب الماء على النحوالمتوضئ
والمكروهة هى لمن يغسل اعضاءه
والواجبة هى الماريض عندالعجز


ISTI'ANAH
FASLUN AL-ISTI’ANAATU ARBA’U KHISHOOLIN.
MUBAHATUN,
WA KHILAAFUL-AULA,
WA LMAKRUUHATUN,
WAL WAAJIBATUN.

FA AL-MUBAAHATU HIYA TAQRIIBU AL-MA’I.
WA KHILAFUL-AULA HIYA SHOBBU AL-MA’I ‘ALA NAHWIL-MUTAWADDHI’.
WAL-MAKRUUHATU HIYA LI-MAN YAGHSILU A’DLA’AHU.
WA AL-WAJIBATU HIYA LIL-MARIDLI ‘INDA AL-‘IJZI.


Hukum isti’anah (minta bantuan orang lain dalam bersuci) ada empat (4) perkara, yaitu:
1. Boleh.
2. Khilaf Aula.
3. Makruh
4. Wajib.
Boleh (mubah) meminta untuk mendekatkan air.
Khilaf aula meminta menuangkan air atas orang yang berwudlu.
Makruh meminta menuangkan air bagi orang yang membasuh anggota-anggota (wudhu) nya.
Wajib meminta menuangkan air bagi orang yang sakit ketika ia lemah (tidak mampu untuk melakukannya sendiri).


Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Macam-macam pertolongan ada empat (4) hukumnya menurut syariat Islam,
yaitu hukum mubah (diperbolehkan), khilaf al-aula (tidak yang lebih utama), makruh, dan wajib.

Pertama, pertolongan yang diperbolehkan adalah mendatangkan atau memberikan air.

Kedua, pertolongan yang dihukumi khilaf al-aula (tidak yang lebih utama) adalah mengalirkan atau mengucurkan air pada orang yang berwudhu.

Ketiga, makruh memberikan pertolongan pada orang yang mampu membasuh anggota badanya sendiri.

Keempat, wajib memperikan pertolongan bagi orang yang sedang sakit ketika ia tidak mampu membasuhnya sendiri.


HARTA WAJIB ZAKAT


فصل اﻻموال التى تلزم فيها الزكاة ستة انواع
النعم والنقدان والمعسرات واموال التجارة واجبها ربع عشرقيمة عروض التجارة والركاز والمعدن


FASLUN AL-AMWAALU AL-LATI FIIHA AZ-ZAKATU SITTATU ANWA’IN.
AN-NA’AMU
WAAN-NAQDANU,
WA AL-MU’SYIROTU,
WA AMWALU AT-TIJAROTI.
WAJIBUHA RUB’U ‘ASYARI QYMATI ‘URUDL OT-TIJAROTI,
WA AR-RIKAZI, WA AL-MA’DANI.


Zakat Harta yang wajib di keluarkan zakatnya ada enam macam, yaitu:
1. Binatang ternak.
2. Emas dan perak.
3. Biji-bijian (yang menjadi makanan pokok).
4. Harta perniagaan. Zakatnya yang wajib di keluarkan adalah 4/10 dari harta tersebut.
5. Harta yang tertkubur.
6. Hasil tambang.


Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Harta atau banda yang wajib dizakati ada enam macam.

Pertama, binatang ternak.
Yang dimaksud dengan binatang ternak yang wajib dizakait yaitu Unta, sapi, kerbau dan kambing.
Sedangkan Jaran tidak wajib dizakati.

Kedua, emas dan perak.

Ketiga, pertanian dan tumbuh-tumbuhan yang ditanam dalam kebiasaan para petani yang wajib dikeluarkan zakatnya sepersepuluh, 10%.

Keempat, harta dagangan.
Ada beberapa syarat bagi harta dagangan yang wajib dizakati, di antaranya yaitu harta secara sempurna milik sendiri, harta diniati untuk berdagang, sudah mencapai satu tahun (haul), dan nilainya sudah mencapai satu nishab.

Kelima, harta yang tertimbun atau biasa diistilahkan dengan harta karun.
Seperti harta milik orang-orang terdahulu yang tertimbun tanah dan ditemukan oleh seseorang, maka harta itu wajib dizakati.

Keenam, tambang, yaitu tempat yang diciptakan oleh Allah mengandung emas atau perak. Tambang wajib dizakati jika sudah mencapai satu nishab, maka zakatnya seperempat.





Adapun prosentase zakat sebagai berikut :


1. Jenis harta : Emas Murni
Nisab : Senilai 85gr Emas
Murni
Kadar : 2,5%
Waktu : Tiap Tahun



2. Jenis harta : Perhiasan,
Perabotan/Perlengkapan Rumah Tangga
dari Emas
Nisab : Senilai 85gr Emas
Murni
Kadar : 2,5%
Waktu : Tiap Tahun



3. Jenis harta : Perak
Nisab : Senilai 642gr Perak
Murni
kadar : 2,5%
waktu : Tiap Tahun



4. Jenis harta : Perhiasan,
Perabotan/Perlengkapan Rumah Tangga
dari Perak
Nisab : Senilai 642gr Perak
Murni
kadar : 2,5%
Waktu : Tiap Tahun



5. Jenis harta : Logam Mulia selain Perak
seperti Platina, dsb.
Nisab : Senilai 85gr Emas
Murni
Kadar : 2,5%
Waktu : Tiap Tahun



6. Jenis harta : Batu Permata, seperti Intan
Berlian, dsb.
Nisab : Senilai 85gr Emas
Murni
Kadar : 2,5%
Waktu : Tiap Tahun



7. Jenis harta : Uang Simpanan, Deposito,
Giro, Cek, dsb.
Nisab : Senilai 85gr Emas
Murni
Kadar : 2,5%
Waktu : Tiap Tahun



8. Jenis usaha : Industri seperti Semen,
Pupuk, Tekstil, dsb.
Nisab : Senilai 85gr Emas
Murni
Kadar : 2,5%
Waktu : Tiap Tahun



9. Jenis usaha : Perdagangan, Export/Import,
Kontraktor, Real
Estate,
Percetakan/Penerbitan, Swalayan / Supermarket, dsb.
Nisab : Senilai 85gr Emas
Murni
Kadar : 2,5%
Waktu : Tiap Tahun



10.Jenis usaha : Usaha Perhotelan, Hiburan, Restoran,
dsb.
Nisab : Senilai 85gr Emas
Murni
Kadar : 2,5%
Waktu : Tiap Tahun



11.Jenis Usaha : Jasa Konsultan, Notaris,
Komisioner, Travel
Biro, Salon,
Transportasi, Pergudangan, Perengkelan, Akuntan,
Dokter, dsb.
Nisab : Senilai 85gr Emas
Murni
kadar : 2,5%
Waktu : Tiap Tahun



12.Hasil Pertanian : Padi
Nisab : 815 Kg Beras / 1481
Kg Gabah
Kadar : 5%-10%
Waktu : Tiap Panen



13.Hasil pertanian : Biji-bijian: Jagung,
Kacang, Kedelai, dsb.
Nisab : 815 Kg Beras / 1481
Kg Gabah
Kadar : 5%-10%
Waktu : Tiap Panen



14.Hasil pertanian : Tanaman Hias, seperti
Anggrek dan Segala
Jenis
Bunga-Bungaan
Nisab : 815 Kg Beras / 1481
Kg Gabah
Kadar : 5%-10%
Waktu : Tiap Panen



15.Hasil pertanian : Rumput-rumputan:
Rumput Hias, Tebu, Bambu.
Nisab : 815 Kg Beras / 1481
Gabah
Kadar : 5%-10%
Waktu : Tiap Panen



16.Hasil pertanian : Buah-buah: Mangga,
Jeruk, Pisang, Kelapa,
Rambutan,
Durian, dsb.
Nisab : 815 Kg Gabah / 1481
Kg Gabah
Kadar : 5%-10%
Waktu : Tiap Panen



17.Hasil pertanian : Sayur-sayuran:
Bawang, Wortel, Cabe, dsb.
Nisab : 815 Kg Gabah / 1481
kg Gabah
Kadar : 5%-10%
Waktu : Tiap Panen



18.Hasil pertanian : Segala Jenis
Tumbuh-tumbuhan lainnya yang
bernilai
Ekonomis
Nisab : 815 Kg Gabah / 1481
Kg Gabah
Kadar : 5%-10%
Waktu : Tiap Panen



19.Jenis usaha : Usaha
Perkebunan dan Perikanan
Nisab : Senilai 85gr Emas
Murni
Kadar : 2,5%
Waktu : Tiap Tahun


20.Hasil Peternakan : Kambing, Domba,
Biri-biri, dsb.
Nisab : a. 40-120 ekor
b. 121-200 ekor
Kadar : a. 1 ekor umur 1
tahun
b. 1 ekor umur 1 tahun
Waktu : Tiap Tahun
Keterangan : setiap bertambah 100 ekor,
zakat-nya tambah 1
ekor umur 1
thn.




21.Hasil peternakan : Sapi, Kerbau, Kuda
Nisab : a. 30 ekor
b. 40 ekor
Kadar : a. 1 ekor umur 1 thn
b. 1 ekor umur 1 thn
Waktu : Tiap Tahun
Keterangan : Setiap Bertambah 30 ekor
zakat-nya tambah 1 ekor
umur 1 thn,
Setiap bertambah 40 ekor
zakat-nya tambah 1 ekor
umur 2 thn



22.Jenis harta: Harta Terpendam (HartaKarun)
Nisab : Senilai 85gr Emas
Murni
Kadar : 20%
Waktu : Ketika memperoleh




23.ZAKAT FITRAH : Makanan Pokok (Beras, Gabah
dan sejenisnya)
Kadar : 2,5Kg /
3,5 Lt.
Waktu : Akhir
Bulan Ramadhan (Tiap
tahun)


TERJEMAH SAFINATUN NAJA DAN KASIFATUS SAJA LENGKAP (BAGIAN 8)

TERJEMAH SAFINATUN NAJA DAN KASIFATUS SAJA (BAGIAN 8)

WAKTU SHOLAT


بسم الله الرحمن الرحيم

فصل
اوقات الصلاة خمس :
اول وقت الظهر زوال الشمس واخره مسيرظل كل شئ مثلهغيرظل اﻻستوإ

واول وقت العصر اذا صار ظل كل شئ مثله وزادقليﻻ واخره غروب الشمس

واول وقت المغرب غروب الشمس واخره غروب الشفق اﻻحمر

واول وقت العشاء غروب الشفق اﻻحمر واخره طلع الفجر الصادق

واول وقت الصبح طلع الفجر الصادق واخره طلع الشمس

WAKTU SHOLAT
Awqootushsholaati Khomsun :
◆Awwalu Waqtizhzhuhri Zawaalusysyamsi Wa Aakhiruhu Mashiiru Zhilli Kulli Syaiin Mitslahu Ghoyro Zhillil Istiwaa-i،

◆Wa Awwalu Waqtil ‘Ashri Idzaa Shooro Zhillu Kulli Syaiin Mitslahu Wazaada Qoliilan Wa Aakhiruhu Ghuruubusysyamsi ,

◆Wa Awwalu Waqtil Maghribi Ghuruubusysyamsi Wa Aakhiruhu Ghuruubusysyafaqil Ahmari ,

◆Wa Awwalu Waqtil ‘Isyaa-i Ghuruubusysyafaqil Ahmari Wa Aakhiruhu Thuluu’ul Fajrishsoodiqi ,

◆Wa Awwalu Waqtishshubhi Thuluu’ul Fajrishshoodiqi Wa Aakhiruhu Thuluu’usysyamsi.

الشفاق ثﻻثة :
احمر
واصفر
وابيض

اﻻحمر مغرب واﻻصفر واﻻبيض عشاء
ويندب تأخر صﻻت العشاء الى ان يغيب الشفق اﻻصفر واﻻبيض

Al-Asyfaaqu Tsalaatsatun :
Ahmaru, Wa Ashfaru,
Wa Abyadhu,
Al-Ahmaru Maghribun Wal-Ashfaru Wal-Abyadhu ‘Isyaa-un.
Wa YUndabu Ta’khiiru Sholaatil ‘Isyaa-i Ilaa An Yaghiibasysyafaqul Ashfaru Wal Abyadhu.

Al-Asyfaaqu Tsalaatsatun :
Ahmaru , Wa Ashfaru , Wa Abyadhu.
Al-Ahmaru Maghribun Wal-Ashfaru Wal-Abyadhu ‘Isyaa-un.
Wa YUndabu Ta’khiiru Sholaatil ‘Isyaa-i Ilaa An Yaghiibasysyafaqul Ashfaru Wal Abyadhu

Waktu-waktu Sholat itu ada5 :
◆Awal waktu Zhuhur yaitu gelincirnya matahari dan akhirnya kembali bayang-bayang tiap-tiap sesuatu akan misalnya selain bayang-bayang istiwa ,

◆dan awal waktu Ashar yaitu apabila jadi bayang-bayang tiap-tiap sesuatu akan misalnya dan bertambah sedikit dan akhirnya terbenam matahari ,

◆dan awal waktu Maghrib yaitu terbenam matahari dan akhirnya terbenam syafaq merah ,

◆dan awal waktu ‘Isya yaitu terbenam syafaq merah dan akhirnya terbit fajar shodiq,

◆dan awal waktu Shubuh yaitu terbit fajar shodiq dan akhirnya terbit matahari .

Syafaq-syafaq atau mega-mega itu ada3 :
Merah , dan Kuning dan Putih
Mega Merah yaitu Maghrib dan Mega Kuning dan Mega Putih yaitu ‘Isya.
Dan disunahkan menta’khirkan Sholat ‘Isya hingga hilang Syafaq atau Mega Kuning dan Mega Putih .

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah,
Waktu shalat fardhu ada lima.

Pertama, permulaan waktu dzuhur yaitu bergesernya matahari dan akhir waktu dzuhur adalah dengan sekiranya bayangan matahari sama dengan sesuatu yang memiliki bayangan kecuali bayangan pada waktu istiwa’. Artinya jika ada tongkat yang panjangnya satu meter kemudian terkana sorot matahari, maka bayangan matahari sama satu meter selaras dengan ukuran panjangnya tongkat.

Kedua, permulaan waktu ashar adalah ketika bayangan sesuatu sama dengan sesuatu yang dibayanginya itu dan ada lebihan sedikit. Seperti jika tongkat satu meter maka bayangannya adalah satu meter, dan ada lebihan sedikit dari satu meter. Dan akhir waktunya adalah tenggelamnya matahari.

Ketiga, permulaan waktu maghrib adalah tenggelamnya matahari dan akhir waktunya adalah tenggelamnya mega merah.

Keempat, permulaan waktu Isa bermula dari tenggelamnya mega merah dan akhir waktu adalah munculnya fajar shadiq.

Kelima, permulaan waktu Subuh bermula dari munculnya fajar shadiq dan akhir waktu subuh ditandai dengan munculnya matahari.
Jenis mega ada tiga, yaitu mega merah, kuning dan putih. Mega merah adalah tanda memasuki waktu maghrib. Mega kuning dan putih adalah waktu Isa. Disunahkan mengerjakan shalat Isa di akhir waktu sampai hilangnya mega kuning dan putih.

Insya Alloh berlanjut ke bab selanjutnya, yaitu bab menerangkan

••••••••••••••••••••••••••••••• DIHARAMKAN SHALAT •••••••••••••••••••••••••••••••••••••

WAKTU YANG DIHARAMKAN UNTUK MELAKUKAN SHALAT


بسم الله الرحمن الرحيم
فصل
تحرم الصﻻة التى ليس لها سبب متقدم وﻻ مقارن فى خمسة اوقات :
عندطلع الشمس حتىترتفغ قدر رمح
وعند اﻻستواء فى غير يوم الجمعة حتى تزول
وعند اﻻسفرتر حتى تغررب
وبعد صﻻة الصبح حتى تطلع الشمس
و بعد الصﻻة العصر حتى تغرب

Tahrumushsolaatu Allatii Laisa Lahaa Sababun Mutaqoddimun Walaa Muqoorinun Fii Khomsati Awqootin :

‘Inda Thuluu’isysyamsi Hattaa Tartafi’a Qodro Rumhin,

Wa’indal Istiwaa’i Fii Ghoyri Yaumil Jumu’ati Hattaa Tazuula,

Wa’indal Ishfiroori Hattaa Taghruba,

Waba’da Sholaatishshubhi Hattaa
Tathlu’asysyamsu,

Waba’da Sholaatil ‘Ashri Hattaa Taghruba.

Haram untuk melakukan sholat yang tidak ada baginya sebab yang terdahulu dan tidak juga bersamaan pada 5 waktu :

Ketika terbit matahari sehingga naik sekedar satu tombak,

dan ketika Istiwa pada selain hari Jum’at hingga tergelincir matahari,

dan ketika Ishfiror hingga terbenam,

dan setelah Sholat Shubuh hingga terbit matahari,

dan setelah Sholat ‘Ashar hingga terbenam matahari.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah,

Diharamkan melaksanakan shalat,
yang tanpa sebab yang mendahului atau menyertainya,
dalam lima waktu.

Pertama, haram melaksanakan shalat pada saat munculnya matahari sampai matahari naik ke atas sekiranya sepanjang tombak.
Yang dimaksud dengan tumbak adalah kira-kira panjangnya tumbak adalah tujuh lengan tangan manusia.

Kedua, diharamkan shalat di waktu istiwa’ di selain hari Jumat sampai bergesernya matahari.

Ketiga, diharamkan shalat pada saat remang-remangnya matahari sampai lenyapnya matahari.

Keempat, diharamkan shalat setelah shalat subuh.

Kelima, diharamkan shalat setelah shalat Asar sampai tenggelamnya matahari.




بسم الله الرحمن الرحيم

فصل سكتات الصﻻة سة
- بين تكبير اﻻحرام ودعاءﻻفتتاح
- و بين دعاءﻻفتتاح والتعوذ
- وبين التعوذ والفاتحة
- و بين الفاتحة و آمين
- وبين آمين والسورة
- وبين السورة والركوع

DIAMNYA SHALAT
Saktaatushsolaati Sittun :
- Baina Takbiirotil Ihroomi Wadu’aa-il Iftitaahi,
- Wabaina Du’aa-il Iftitaahi Watta’awwudzi،
- Wabainatta’awwudzi Wal Faatihati،
- Wabaina Aakhiril Faatihati Wa Aamiina،
- Wabaina Aamiina Wassuuroti،
- Wabainassuuroti Warrukuu’i.

Tempat diamnya sholat itu ada 6 :
- Antara Takbirotul Ihrom dan Do’a Iftitah,
- dan antara Do’a Iftitah dan bacaan Ta’awwudz,
- dan antara bacaan Ta’awwudz dan Fatihah,
-dan antara akhir Fatihah dan bacaan Amin,
- dan antara bacaan Amin dan Surat pendek,
- dan antara Surat pendek dan ruku’.

Syarh atau Penjelasan

Diam dalam shalat terdapat pada enam tempat.

Pertama, diam di antara takbirat al-ihram dan doa al-iftitah,
Pada saat diam tersebut disunahkan seorang yang melakukan shalat untuk membaca doa

اني وجهت وجهي للذى فطراسموات واﻻرض حنيفامسلما وما انا من المشركين
ان تلصﻻتي ونسكي ومحيي وممتي لله رب العالمين ﻵشرك له ز بذالك امرت وانا من المسلمين

"Inny wajjahtu wajhiyalilladzi fatharas-samawati wa al-ardla hanifan musliman wa ma ana min al-musyrikin inna-shalaty wa nusuky wa mahyaya wa mamaty lilahi rabbil-‘alamina
la syarikalahu wa bi-dzalika umirtu wa ana min al-muslimin”.

Kedua,diam di antara doa ta’awwudl dan doa al-iftitah. Disunnahkan membaca doa
اعوذبالله من الشيطان الجيم

“a’udzhu billaahi minasy-syaythoonir-rajiiim”.

Ketiga, diam di antara bacaan surah al-fatihah dan doa ta’awwudz.

Keempat, diam (saktah) di antara akhir surah al-fatihah,
yaitu kalimat ad-dzallin dan Amin.

Diam di antara akhir surah al-fatihah dan Amin disunahkan dengan membaca doa

رب اغفرلى
وارحمنى
واجبرنى
وارزقنى
وارفعنى
واهدنى
وعافنى
واعف عنى
“Rabbi ighfir ly,
Warham ny
Wajbur ny
Warzuq ny
Warfa' ny
Wahdi ny
Wa'aafi ny
Wa'fu 'any

Kelima, diam diantara Amin dan bacaan surah.

Keenam, diam di antara membaca surah dan ruku’.


WAJIB TUMA'NINAH


TUMA'NINAH
===========

بسم الله الرحمن الرحيم

اركان التى تلزم فيها التمئنينة اربعة

افركوع واﻻعتدال والسجود والجلوس بين السجدتين
WAJIB TUMA'NINAH
Al-Arkaanu Allatii Talzamu Fiihaththuma’niinatu Arba’atun :
Arrukuu’u , Wali’tidaalu , Wassujuudu , Waljuluusu Bainassajdataini.

Rukun-rukun sholat yang wajib padanya Tuma’ninah itu ada 4 :
Ruku , dan I’tidal , dan Sujud , dan duduk diantara dua sujud.

الطماءنينة هي سكون بعدالحركات بحيث يستقر كل عضو محله بقدر سبحن الل

Ath-Thuma’niinatu Hiya Sukuunun Ba’da Harkatin Bihaitsu Yastaqirru Kullu ‘Udhwin Mahallahu Biqodri Subhaanalloohi.

Tuma’ninah yaitu diam setelah bergerak dengan sekira-kirra,
diam tetap seluruh anggota pada tempatnya dengan sekedar bacaan Subhanalloh.



SEBAB2 SUJUD SAHWI


بسم الله الرحمن الحيم
فصل اسباب سجود السهو اربعة :
● اﻻول ترك بعض من ابعاض الصﻻة او بعض البعض
● الثانى فعل مايبطل عمده وﻻ يبطل سهوه اذا فعله ناسيا
● الثالث نقل ركن قولى الى غيرمحله
● الرابع ايقاع ركن فعلى مع احتماله الزبادة

FASLUN.
ASBAABU SUJUUDIS-SAHWI ARBA’ATUN.
● AL-AWWALU TARKU BA’DLIN MIN AB’AAFLISH-SHALATI AU BA’DLIL-BA’DLI.
● ATS-TSAANI FI’LU MAA YUBTHILU ‘AMDUHU WA LA YUBTHILU SAHWUHU IDZAA FA’ALAHU NASIYAN.
● ATS-TSAALITSU NAQLU RUKNIN QAULIYYIN ILAA GHAYRI MAHALLIHI.
● AR-RABI’U IY_QO’U RUKNIN FI’LIYYIN MA’A IHTIMAALIHIZ-ZIYADAATI

Sebab2 sujud sahwi itu ada empat, yaitu:
1. Meninggalkan sebagian dari ab’adhus shalat
(pekerjaan sunnah dalam shalat yang buruk jika seseorang meniggalkannya).

2. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan (padahal ia lupa), jika dikerjakan dengan sengaja,
dan tidak membatalkan jika ia lupa.

3. Memindahkan rukun qauli (yang diucapkan) kebukan tempatnya.

4. Mengerjakan rukun Fi’li (yang diperbuat) dengan kemungkinan kelebihan.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah,

Ada empat sebab dilaksanakannya sujud sahwi.
Namun sebelum merinci satu persatu,
terlebih dahulu kita definisikan dulu sahwi yang dimaksud tersebut.

Secara lughowi/bahasa sahwi berarti lalai atau lupa terhadap sesuatu.

Sedangkan menurut arti syara’, sahwi yang dimaksudkan adalah melalaikan sesuatu yang tertentu dari shalat seperti sebagian rukun shalat pada umumnya.

Pertama, sujud sahwi dilakukan dengan sebab meninggalkan sebagian dari sunah-sunah ab’adl yang ada tujuh.

Kedua, sujud sahwi dilakukan dengan sebab mengerjakan sesuatu yang jika dikerjakan secara sengaja maka akan dapat membathalkan shalat dan jika dikerjakan karena lupa maka tidak membatalkan.

Ketiga, sujud sahwi dilakukan dengan sebab memindah satu rukun qauly (bersifat ucapan) pada tempat yang lain.

Keempat, sujud sahwi dilaksanakan dengan sebab melaksanakan satu rukuh fi’li (bersifat pekerjaan) dengan anggapan bahwa apa yang telah dikerjakannya merupakan rukun tambahan yang tanpa sengaja dilakukannya.

AB'ADUSSHALAT

فصل ابعاض الصﻻة سبعة
¤ اتشهدﻻول
¤ وقعده
¤ والصﻻة على النبى صلى الله عليه وسلم فيه
¤ والصﻻة على اﻵل فى التشهداﻻخر
¤ والقنوت
¤ وقيامه
¤ والصﻻة والسﻻم على النبى صل الله عليه وسلم واله وصحبه فيه

AB'AADUSSHALATI

FASLUN AB’AADHUSH-SHOLATI SAB’ATUN.
◆AT_TASYAHHUDUL-AWWALU
◆WA QU’UDUHU
◆WASH-SHOLATU ‘ALAN-NABIYYI SHOLALLOHU'ALAY WA SALAM FIIHI
◆WASH-SHOLATU ‘ALAL-ALI FIT_TASYAHUDIL AKHIRI
◆WA AL-QUNUUTHU
◆WA QIYAMUHU
◆WASH-SHOLATU WAS-SALAMU ‘ALAN-NABIYYI WA ALIHI WA SAHBIHI FIHI

Sunah Ab’adlnya sholat itu ada tujuh :
1. Tasyahud awal
2. Duduk tasyahud awal.
3. Membaca Shalawat kepada nabi Muhammad SAW ketika tasyahud awal.
4. Shalawat untuk keluarga nabi ketika tasyahud akhir.
5. Do’a qunut.
6. Berdiri (ketika) do’a qunut.
7. Shalawat dan Salam untuk nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat ketika do’a qunut.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah An-Najah
(Kaasyifatusajaa)

Sunah ab’adl Shalat ada tujuh (7).

Sebelum merinci satu persatu sunnah ab’adl,
terlebih dahulu kita akan menjelaskan definisi sunnah ab’adl.

Definisi sunnah ab’adl adalah rukun-rukun shalat yang sunnah dilaksanakan, dan apabila ditinggalkan dengan sebab lalai atau yang lainnya maka disunnahkan sujud sahwi sebagai ganti dari rukun yang telah ditinggalkannya tersebut.

Pertama, tasyahhud awal.

Kedua, duduk dalam tasyahhud awwal.

Ketiga, membaca shalawat Nabi dalam tasyahhud awal, maksudnya membaca shalawat Nabi setelah membaca tasyahhud awal.
Jika pada waktu melaksanakan shalat berjamaah, sang imam meninggalkan atau tidak melaksanakan tasyahhud awal, maka makmum tidak boleh melaksanakan tasyahhud, dan makmum harus mengikuti imam.

Keempat, membaca shalawat pada keluarga Nabi dalam tasyahhud akhir.

Kelima, membaca qunut dalam shalat subuh dan shalat witir di pertengahan akhir bulan Ramadhan.
Berbeda dengan qunut an-nazilah yang disunnahkan di setiap shalat.
Qunut adalah dzikir tertentu yang di dalamnya mencakup doa dan pujian pada Allah.
Dan qunut tidak ditentukan sighat-nya atau dengan kata lain rangkaian kalimatnya bebas yang penting di dalamnya mengandung doa dan pujian pada Allah.
Seperti Allahumma ighfir ly ya ghafur (Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, wahai dzat yang maha pengampun).
Atau rangkaian doa-doa yang lainnya.

Kata qunut berasal dari kata qanata yang artinya patuh dalam mengabdi (kepada Allah).
Di dalam Islam, qunut terbagi menjadi dua, sebagaimana yang dijelaskan di atas.

Pertama; qunut nazilah yaitu qunut yang dilakukan atau dibaca saat adanya bencana.
Dan dilakukan kapan saja dan shalat apa saja.

Kedua; qunut shalat yaitu qunut yang dibaca pada waktu i’tidal (berdiri setelah ruku’) setiap akhir raka’at pada shalat subuh dan shalat whitir (secara umum) karena dalam masalah qunut ini para imam dan ulama mazhab berbeda pendapat tentang pelaksanaannya.

Namun menurut penulis kitab ini, Safinah an-Najah yang bermadzhab as-Syafi’iyah tetap menganggap qunut adalah sunnah dilaksanakan.
Sedangkan hukum doa qunut itu sendiri adalah Sunnah ab’ad atau sunnah yang diperkuat.

Ada bacaan doa qunut yang pada umumnya dilaksanakan oleh umat Islam,
sebagai berikut;

اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ، وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ، فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ، وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Keenam, melaksanakan qunut dengan cara berdiri.

Ketujuh, membaca shalawat dan salam pada Nabi,
keluarganya dan para sahabatnya dalam kalimat doa qunut.



PEMBATAL SHALAT

PERKARA YANG DAPAT MEMBATALKAN SHOLAT


بسم تلله اارجمن الرحيم
فصل تبطل الصﻻة بأربع عشرة خصلة
◆ بالحدث
◆ وبوقوع النجاسة ان لم تلق حﻻ من غير حمل
◆ وانكشاف العورة ان لم تستر حاﻻ
◆ والنطق بحرفين او بحرف مفهم عمدا
◆ وبالمفطر عمدا
◆ واﻻكل الكثير ناسيا
◆ و ثﻻث حركات متواليات ولو سهوا
◆ والوثبة الفاحشة
◆ والضربة المفرطة
◆ والزدة ركن فعلى عمدا
◆ والتقدم على إمامه بركنين فعليين
◆ والتخلف بهما بغير عذر
◆ ونية قطع الصﻻة
◆ وتعليق قطعهابشئ والتردد فى قطعها

PEMBATAL SHALAT

FASLUN TABTULU ASH-SHOLAATU BI_ARBA’I ASYAROTA KHASLATAN.

◆BIL-HADATSI

◆WA BI-WUQU’IN-NAJASATI IN_LAM TULQA HALAN MIN GHOYRI HAMLIN

◆WA_NKISYAFIL-‘AURATI IN LAM TUSTAR HALAN.

◆WAN-NUTQU BI-HARFAYNI AW BI-HARFIN MAFHUMIN ‘AMDAN.

◆WABIL-FITHRATI ‘AMDAN

◆WAL-AKLUL-KATSIRU NASIYAN.

◆WATSALAASTU HARAKATIM_MUTAWALIYATIN WA LAU SAHWAN.

◆WAL-WATSABATUL-FAHISYATU

◆WAL-MADLRUBATUL-MUFRITHOTU

◆WA ZIYADATU RUKNIN FI’LIYYIN ‘AMDAN.

◆WATTAQODDAMA ‘ALA IMAMIHI BI-RUKNAYNI FI’LIYAYYNI

◆WAT-TAKHOLLUFU BIHIMA BIGHAYRI ‘UDZRIN.

◆WA NIYATU QOT’ISH-SHOLATI

◆WA TA’LIIQU QAT’IHA BI-SYAIIN
WAT-TARODDUDU FI QOT’IHA.

Perkara yang membatalkan shalat ada empat belas, yaitu:

1. Berhadats (seperti kencing dan buang air besar).
2. Terkena najis, jika tidak dihilangkan seketika, tanpa dipegang atau diangkat (dengan tangan atau selainnya).
3. Terbuka aurat, jika tidak dihilangkan seketikas.
4. Mengucapkan dua huruf atau satu huruf yang dapat difaham.
5. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan puasa dengn sengaja.
6. Makan yang banyak sekalipun lupa.
7. Bergerak dengan tiga gerakan berturut-turut sekalipun lupa.
8. Melompat yang luas.
9. Memukul yang keras.
10. Menambah rukun fi’li dengan sengaja.
11. Mendahului imam dengan dua rukun fi’li dengan sengaja.
12. Terlambat denga dua rukun fi’li tanpa udzur.
13. Niat yang membatalkan shalat.
14. Mensyaratkan berhenti shalat dengan sesuatu dan ragu dalam memberhentikannya.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah

Ada empat belas sebab yang dapat membatalkan shalat.

Pertama, hadats.
Baik disengaja atau tidak disengaja seperti dipaksa, seumpama perut seseorang ditekan oleh orang lain sampai mengeluarkan kotoran dari pantantnya, maka tetap membatalkan shalat. Dalam hal ini ada hadits sahih sebagai landasan dalilnya, yang mengatakan bahwa :
“jika salah satu dari kalian kentut pada waktu melaksanakan shalat, maka shalatnya rusak (batal) dan hendaklah berwudhu kembali dan mengulangi melaksanakan shalat lagi.”

Kedua, kejatuhan najis jika tidak dibuang segera agar sampai tidak terbawa dalam melaksanakan shalat.
Yang dimaksud dengan najis tersebut adalah najis yang tidak dapat dimaklumi oleh syariat (la yu’fa ‘anhu).
Jika kejatuhan najis yang dapat dimaklumi syariat (yu’fa ‘anhu) maka tidak membatalkan shalat.
Baik najis itu jatuh pada baju atau pada badan seseorang yang sedang shalat.

Ketiga, terbukanya aurat yang wajib ditutupi ada waktu shalat. Terbukanya tersebut baik sebagian atau secara keseluruhan anggauta badan yang dianggap aurat, meskipun shalatnya dilakukan sendirian dalam kesunyian dari hiruk pikuk manusia. Seperti jika angin kencang menyibak gaun atau pakean yang dapat membukakan aurat seorang yang sedang shalat, maka tidak membatalkan shalatnya jika sesegera mungkin kembali menutupnya.
Tapi jika angin berulang-ulang kali menyingkap auratnya yang harus secara cepat ditutupnya kembali sekiranya seseorang yang bergerak berkali-kali demi menutupnya maka akan membatalkan shalat karena melakukan gerak berkali-kali dan berulang-ulang.

Keempat, mengucapkan secara sengaja dua huruf (meski tidak dapat difahami atau tidak mengandung makna tertentu) secara runut atau satu huruf yang dapat difahami.
Contoh satu huruf yang mengandung makna yang dapat difahami yaitu huruf Qaf, dengan mengatakan Qi, sebab Qi adalah kalimat fi’il al-amar (kata perintah) dari akar kata wiqayah yang artinya menjaga. Berarti kata qi mengandung arti “jagalah”.
Dengan demikian jika seseorang yang sedang shalat mengucapkan Qi, maka shalatnya batal.
Ada pengecualian yang tidak dapat membatalkan shalat, yaitu dehem bagi orang shalat yang sedang berpuasa yang betujuan mengeluarkan riak dan lendir, sebab jika riak dan lendir tidak dkeluarkan melalui dehem maka akan tertelannya dan itu artinya akan membatalkan shalat.
Di antara yang tidak membatalkan shalat adalah tabassum (mesem atau tersenyum).

Kelima, segala sesuatu yang membatalkan puasa akan membatalkan shalat jika disengaja melaksanakannya.
Seperti memasukkan kayu atau apa saja kedalam lubang seperti mulut atau kuping atau dubur. Sudah pasti jika seseorang makan—meski banyak—disebabkan lalai atau lupa maka tidak membatalkan puasa, tapi tetap membatalkan shalat.

Keenam, makan banyak dalam keadaan lupa atau lalai tetap membatalkan shalat.
Kecuali makan sedikit disebabkan lupa atau lalai atau tidak tahu maka tidak membatalkan shalat.

Ketujuh, tiga kali gerak secara berturut-turut meski pun dalam keadaan lupa atau lalai.
Yang dimaksud dengan gerak yang membatalkan shalat adalah gerak tubuh yang bukan gerakan yang kecil, seperti pergerakan kaki, geleng-geleng kepala, atau goyang-goyang badan. Jika gerakan yang kecil seperti gerakan jari diputar-putar atau bergaruk-garuk dengan satu jari digerak-gerakkan maka tidak membatalkan shalat.

Kedelapan, melumpatkan badan secara ekstrim.

Kesembilan, memukul secara keras.

Kesepuluh, menambah satu rukun shalat secara sengaja. Tentunya jika lupa atau lalai maka tidak membatalkan shalat.

Kesebelas, mendahului dua rukun yang bersifat pekerjaan (bagi makmum) pada imam atau mengakhiri keduanya secara sengaja.

Kedua belas, niat memutus atau keluar dari shalat.

Ketiga belas, menggantungkan pemutusan shalat dengan sesuatu. Seperti dalam hati mengatakan jika saya keluar dari shalat maka saya akan berbelanja di pasar. Atau meskipun menggantungkan pemutusan shalat dengan sesuatu yang mustahil terjadi sekalipun akan membatalkan shalat.

Keempat belas, bingung atau bimbang apakah akan keluar atau memutuskan shalat atau tidak, maka kebingungan (taraddud) ini akan membatalkan shalat. Sama halnya juga kebimbangan dalam melanjutkan shalat pun membatalkan shalat. Intinya kebimbangan antara akan memutuskan shalat atau melanjutkannya adalah membatalkan shalat.

Demikian perkara yang dapat membatalkan sholat menurut kitab Safinatun Najah,
Semoga bermanfa'at...





Wajib bagi seseorang yang mengimami

بسم الله الرحمن الرحيم

فصل الذى يلزم فيه نية اﻻمامة اربع :
الجمعة

FASLUN. AL-LADZI YALZAMU FIIHI NIYATUL-IMAMATI ARBA’UN
ALJUM'ATU
Diwajibkan bagi seorang imam berniat menjadi imam terdapat dalam empat sholat, yaitu :
Pertama, shalat Jum’at. Sebab shalat Jum’at wajib dilaksanakan secara berjamaah, yang meniscayakan adanya imam dan makmum.

والمعتدة
WALMU'ADDATU
Kedua, shalat mu’adah.
Yang dimaksud dengan shalat mu’adah yaitu shalat yang dilaksadakan dua kali seperti shalat dzuhur yang dikalsanakan dua kali, maka yang kedua adalah mu’adah, atau setelah shalat Jum’at dilaksanakan shalat dzuhur maka shalat dzuhur itu adalah shalat mu’adah.
Atau shalat sunnah yang disunnahkan dilaksanakan secara berjamaah.

والمنذرة جمعاة
WAL MANDZUROTU JAMAA'ATAN
Ketiga Menjadi imam dalam sholat Nadzar,
Yakni Sholat yang dinadzari secara berjama'ah

والمقدكة فى المطر

WA AL-MUTAQADDIMATU FIL MATHORI
Keempat, Menjadi imam shalat jamak taqdim secara berjamaah disebabkan hujan.

________
________

MAKMUM DAN IMAM

فصل شروط القدوة أحد عشر
◆ ان ﻻيعلم بطلن صﻻة امامه بحدث او غيره
◆ وان ﻻيعتقد وجوب قضاءها عليه
◆ وان ﻻيكون مأموما


وﻻ اميا
◆ وان ﻻيتقدم عليه فى الموقف
◆ وان يعلم انتقاﻻت امامه
◆ وان يجتمعا فى مسجد أو فى ثلثمائة ذرتع تقريبا
◆ وان ينوى القدوة اوالجماعة
◆ وان يتوافق نظم صﻻتهما
◆ وان ﻻيخالفه فى سنة فاحشة المخالفة
◆ وان يتابعه

FASHLUN SYURUTHUL-QUDWATI AHADA ‘ASYARA
◆ AN-LA YA’LAMA BUTHLANA SHALATI IMAMIHI BI-HADATSIN AU GHAIRIHI,
◆ WA AN-LA YA’TAQIDA WUJUBA QADLAIHA ‘ALAIHI,
◆ WA AN-LA YAKUNA MA’MUMAN
◆ WA LA UMMIYYAN,
◆ WA AN-LA YATAQADDAMA ‘ALAIHI FI AL-MAUQUFI
◆ WA AN-LA YA’LAMA INTIQALATI IMAMIHI,
◆ WA AN-LA YAJTAMI’A FI MASJIDIN AU FI TSULUTSI MIAH DZIRA’IN TAQRIBAN,
◆ WA AN YANWIYA AL-QUDWATA AU AL-JAMA’ATA,
◆ WA AN-YATAWAFAQA NADZMU SHALATIHIMA,
◆ WA AN-LA YUKHALIFAHU FI SUNATIN FAKHISYATIN AL-MUKHTALIFAH
◆ WA AN-YUTABI’AHU.

Syarat – Syarat ma`mum mengikut imam ada sebelas perkara, yaitu:
1- Tidak mengetahui batal nya shalat imam dengan sebab hadats atau yang lain nya.
2- Tidak meyakinkan bahwa imam wajib mengqadha` shalat tersebut.
3- Seorang imam tidak menjadi ma`mum .
4- Seorang imam tidak ummi (harus baik bacaanya).
5- Ma`mum tidak melebihi tempat berdiri imam.
6- Harus mengetahui gerak gerik perpindahan perbuatan shalat imam.
7- Berada dalam satu masjid (tempat) atau berada dalam jarak kurang lebih tiga ratus hasta.
8- Ma`mum berniat mengikut imam atau niat jama`ah.
9- Shalat imam dan ma`mum harus sama cara dan kaifiyatnya
10- Ma`mum tidak menyelahi imam dalam perbuata sunnah yang sangat berlainan atau berbeda sekali.
11- Ma`mum harus mengikuti perbuatan imam.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinatun-Najah
Syarat makmum ada sebelas (11).
Pertama, seorang makmum tidak tahu atau tidak menyangka terhadap batalnya shalat sang imam disebabkan hadats atau sebab yang lainnya. Dengan demikian maka tidak sah shalatnya seseorang makmum yang menyangka batal shalatnya sang imam, seperti makmum yang bermadzhab As-Syafi’i bermakmum pada imam yang yang bermadzhab Hanafi yang tidak menganggap batal shalat seseorang yang memegang farji (alat kelamin) sedangkan menurut makmum yang bermadzhab As-Syafii dianggap batal.
Sebagaimana makmum yang bermadzhab as-Syafii meyakini bahwa membaca Basmalah adalah wajib dalam surah al-fatihah bermakum pada imam yang bermadzhab Hanafi yang tidak mewajibkan membaca Basmalah dalam surah al-fatihah, maka shalatnya makmum tidak sah atau batal dan wajib mengulangi shalatnya (i’adah).

Kedua, makmum tidak menyangka atau menduga akan kewajiban qadha shalat bagi imam.
Maksudnya adalah tidak sah seseorang yang bermakmum pada seseorang yang shalatnya wajib diulang atau diqadha seperti shalatnya seorang yang bertayammum karena udara dingin.

Ketiga, seseorang yang bermakmum tidak dalam kapasitas menjadi makmum pada orang lain.
Artinya jika si A bermakmum pada si B, maka tidak sah jika si A pada saat yang sama juga bermakmum pada si C. Sebab seorang yang bersetatus menjadi makmum tidak boleh bermakmum pada orang lain.

Keempat, seseorang tidak bermakmum pada orang yang bodoh dalam masalah agama.

Kelima, seorang makmum tidak berdiri di depannya imam.

Keenam, seorang makmum harus mengetahui pergerakan atau perpindahan dari satu rukun ke rukun yang lain yang dilaksanakan sang imam.
Untuk mengetahui gerakan sang imam, makmum bisa mengetahuinya dengan melihat dengan mata kepala sendiri, atau dengan melihat bagian barisan (shaf) yang ada di depannya, atau dengan mendengera suara sang imam, atau dengan mendengar suara muballigh (penyampai suara imam).

Ketujuh, berkumpul antara makum dan imam dalam satu masjid atau tempat atau antara makum dan imam berkumpul pada tempat yang lebar atau jaraknya sekitar 300 dzirah (lengan tangan anak Adam). Artinya tidak dalam dua tempat atau ruangan yang berbeda dimana keduanya terpisah dan tersekat makmum dan imam sehingga sang makmum tidak mengetahui apa-apa atas keberadaan imam.

Kedelapan, makmum harus berniat mengikuti atau berjamaah shalat dengan sang imam.

Kesembilan, runutan shalat imam dan makmum harus seirama dan harmonis.

Kesepuluh, sang makmum tidak boleh berpaling dari pekerjaan sang imam berupa kesunahan. Seperti jika imam melaksanakan sujud tilawah maka makmum harus melaksanakannya juga.

Kesebelas, makmum harus senantiasa mengikuti seluruh gerak-gerik sang imam yang sesuai dengan syarat dan rukun shalat dan tidak bertentangan dengan tatacara shalat.

  • Jika sang imam telah menyimpang dari tatacara yang benar atau dari syarat dan rukun shalat, maka sang makmum wajib mufaraqah (memisahkan diri) dari sang imam.

TERJEMAH SAFINATUN NAJA DAN KASIFATUS SAJA LENGKAP (BAGIAN 7)

TERJEMAH SAFINATUN NAJA DAN KASIFATUS SAJA (BAGIAN 7)



NIAT SHALAT


النية ثلاث درجاة
ان كانت الصلاة فرصا وجب قصد الفعل والتعيين والفرصية
وان كانت نفلة مؤقتة او ذات سبب وجب قصدالفعل والتعيين
وان كانت نفلة مطلقا وجب قصدالفعل فقت

الفعل أصلي
والتعيين ظهرا او عصرا
والفرصية فرضا

ANNIYYATU TSALAATSU DAROJAATIN ,
In Kaanatishsolaatu Fardhon Wajaba Qoshdul Fi’li Watta’yiinu
Wal Fardhiyyatu ,
Wain Kaanat Naafilatan Muaqqotatan Aw DzataSababin Wajaba Qoshdul Fi’li Watta’yiinu ,
Wain Kaanat Naafilatan Muthlaqon Wajaba Qoshdul Fi’li Faqoth.
Al-Fi’lu Usholli ,
Watta’yiinu Zhuhron Aw ‘Ashron ,
Wal Fardhiyyatu Fardhon .

Niat itu 3 derajat , jika adalah sholat itu fardhu maka wajib Qoshdu Fi’il dan Ta’yin dan Fardhiyyah ,
dan jika adalah sholat itu sunah yg ditentukan waktunya atau memiliki sebab maka wajib Qoshdu Fi’il dan Ta’yin ,
dan jika adalah sholat itu sunah mutlak maka wajib Qoshdu Fi’il saja

Al-’Fi’lu yaitu kalimat Usholli , dan Ta’yin yaitu kalimat Zhuhur atau ‘Ashar , dan Fardhiyyah yaitu kalimat Fardhon.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah

3 derajat Niat
Ada 3 derajat niat.
Pertama, menyengaja mengerjakan seperti mengerjakan shalat dihadirkan di dalam hati untuk membedakan dengan pekerjaan-pekerjaan yang lain.

Kedua, menentukan (ta’yin) seperti shalat harus ditentukan shalat dzuhur, asar, dll.,
agar dibedakan dengan shalat-shalat lainnya.

Ketiga, menyebutkan ke-fardhluan-nya (fardliyyah), agar membedakannya dengan pekerjaan atau shalat sunnah. Ketiganya diwajibkan ada pada saat niat mengerjakan shalat wajib atau fardhu.

Jika shalat sunnah yang dibatasi waktu, seperti sunnah rawatib atau shalat yang mempunyai sebab seperti shalat Istisqa’ (shalat yang demi mengharapkan curahan hujan) pada musim kemarau, maka dalam niat wajib dua hal, yaitu menyengaja (qashdhu) dan ta’yin (menentukan).

Jika shalat sunnah mutlak, maka diwajibkan dalam niatnya hanya satu hal, yaitu niat mengerjakan saja, tidak diwajibkan untuk menentukan jenis pekerjaannya. Yang dimaksud dengan shalat sunnah mutlak adalah shalat yang dikerjakan tanpa ditentukan waktunya dan dilaksanakan dengan tanpa ada sebab tertentu yang memotivasinya.

SYARAT TAKBIROTUL IHROM
Syuruuthu Takbiirotil Ihroomi Sittata ‘Asyaro :
An Taqo’a Haalatal Qiyaami Fil Fardhi An Taqo’a Haalatal Qiyaami Fil Fardhi ,
Wa An Takuuna Bil ‘Arobiyyati,
Wa An Takuuna Bilafzhil Jalaalati Wabilafzhi Akbaru, Wattartiibu Bainallafzhoini ,
Wa An Laa Yamudda Hamzatal Jalaalati ,
Wa ‘Adamu Maddi Baa-i Akbaru ,
Wa An Laa Yusyaddidal Baa-a ,
Wa An Laa Yaziida Waawan Saakinatan Aw Mutaharrikatan Bainal Kalimataini ,
Wa An Laa Yaziida Waawan Qoblal Jalaalati,
Wa An Laa Yaqifa Baina Kalimataittakbiiri Waqfatan Thowiilatan Walaa Qoshiirotan ,
Wa An Yusmi’a Nafsahu Jamii’a Huruufiha Wadukhuulul Waqti Fil Muwaqqoti Wa Iiqoo’uhaa Haalal Istiqbaali ,
Wa An Laa Yukhilla Biharfin Min Huruufihaa , Wata’khiiru Takbiirotil Ma’muumi ‘An Takbiirotil Imaami .

Syarat-syarat takbirotul ihrom itu ada16 :
●bahwa jatuhnya takbirotul ihrom pada ketika berdiri pada fardhu
●dan bahwa takbirotul ihrom itu dengan bahasa Arab ,
●dan bahwa takbirotul ihrom itu dengan lafaz Allah dan lafaz Akbar ,
●dan tertib antara 2 lafaz , dan bahwa tidak memanjangkan ●huruf hamzah lafaz Allah,
●dan tidak memanjangkan huruf ba pada lafaz Akbar ,
●dan bahwa tidak mentasydidkan huruf ba ,
●dan bahwa tidak menambah huruf wawu yg mati atau yg berharokat antara2 kalimat ,
●dan bahwa tidak menambah huruf wawu sebelum lafaz Allah
●dan bahwa tidak berhenti antara 2 kalimat takbir dengan berhenti yg panjang,
●dan tidak pula yg pendek ,
●dan bahwa ia memperdengarkan dirinya akan seluruh huruf-huruf Allahu Akbar,
●dan masuk waktu pada sholat yg ditentukan waktunya
●dan menjatuhkan takbirotul ihrom ketika menghadap kiblat,
●dan bahwa mencampur dengan satu huruf daripada huruf-huruf takbir,
●mengakhirkan takbir ma’mum daripada takbir imam

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah

Syarat Takbiratul Ihram

Ada enam belas (16) syarat Takbirat al-ihram.

◆Pertama, dikumandangkan pada saat berdiri tegak dan tetap pada saat harus dikumandangkan.

◆Kedua, dikumandangkan atau diucakpan takbir dengan menggunakan bahasa Arab bagi yang mampu.
Jika ada seseorang yang tidak mampu takbir dengan menggunakan bahasa Arab, maka diperbolehkan dengan menggunakan bahasa negaranya sebagai terjemahan dari takbir.

◆Ketiga, harus dengan kalimat jalalah, yaitu kalimat Allah, seperti biasa dikumandangkan dengan Allahu Akbar. Dengan demikian tidak sah jika diganti dengan semisal kalimat Ar-rahmanu Akbar, atau yang lainnya.

◆Keempat, harus menggunakan kalimat Allahu Akbar (Allah maha besar). Dengan demikian tidak sah jika diganti dengan menggunakan kalimat Allahu kabir (Allah besar), sebab akan menghilangkan keagungan dan kebesaranNya.

◆Kelima, kedua kalimat Allah dan Akbar harus diucapkan secara tartib, tidak boleh disela-selai dengan kalimat lain atau berdiam cukup lama.

◆Keenam, tidak boleh membaca panjang huruf hanzah dari kalimat jalalah. Sebab akan merubah kedudukan kalimat dan akan merubah makna, yang tadinya Allah menjadi kalimat pertannyaan atau istifham.

◆Ketujuh, tidak boleh membaca panjang huruf ba kalimat Akbar. Jika dibaca panjang huruf ba’ yang ada pada kalimat Akbar, maka shalatnya tidak sah. Sebab jika dibaca panjang, akan merubah muatan maknanya.
Yaitu jika hamzahnya dibaca fathah, maka akbar yang ba’-nya dibaca panjang bermakna salah satu nama kendang besar; dan jika hamzahnya dibaca kasrah, maka berarti mengandung makna salah satu nama bagi nama-nama haidl..

◆Kedelapan, tidak boleh membaca tasydzidh huruf ba’ kalimat Akbar.
Jika dibaca tasydzidh maka shalatnya tidak sah.

◆Kesembilan, tidak boleh menambahkan huruf wawu baik berharakat atau tidak di antara kedua kalimat antara kalimat Allah dan Akbar.
Jika ditambahi, semisal Allah wa Akbar, maka shalatnya tidak sah.

◆Kesepuluh, tidak boleh menambahkan huruf wawu sebelum kalimat jalalah, yaitu Allah. Jika ditambahkan huruf Wawu sebelum kalimat Allah, menjadi Wa Allahu Akbar, maka shalatnya tidak sah.

◆Kesebelas, tidak boleh berhenti cukup lama atau sebentar di antara kedua kalimat Allah dan Akbar. Namun tidak menjadi soal jika hendak menambahkan huruf AL ta’rif pada kalimat Akbar, menjadi dibaca Allahu Al-Akbar, maka tidah membatalkan shalat.

◆Kedua belas. Membaca seluruh huruf-huruf kalimat yang dikumandangkan harus dapat didengar oleh telinganya sendiri. Hal ini jika pendengarannya sehat, tidak dalam kondisi sakit telinga, dan tidak ada suara bising atau gaduh yang dapat menenggelamkan suaranya.
Jika ada gangguan dalam kupingnya atau ada suara gaduh dan bising, maka harus menaikkan volume suaranya tinggi-tinggi agar dapat didengar oleh kupingnya sendiri.
Jika seseorang gagu maka cukup dengan menggerakkan bibir dan mulutnya.

◆Ketiga belas, memasuki waktu shalat bagi shalat fardhu yang lima waktu dan bagi shalat sunnah yang ditentukan waktunya.

◆Keempat belas, diharuskan membaca takbir pada saat menghadap Kiblat.

◆Kelima belas, tidak boleh merusak salah satu huruf yang terdapat dalam kalimat takbiratul Ihram,

◆Keenam belas, mengakhirkan takbirnya makmum dari takbirnya imam pada saat shalat berjamaah. Jika takbir makmum dan imam bersamaan atau takbir makmum mendahului dari takbirnya imam maka shalatnya tidak sah.

••••••
••••••


SYARAT FATIHAH
SYARAT2 MEMBACA FATIHAH DALAM SHOLAT


فصل شروط الفاتحة عشرة
الترتيب
والموالاة
ومرأعاة حروفها
ومراعاة تشديداتها
وانلايسكت سكتة طويلة ولاقصيرة يقصد بهاقطع القرأءة
وقراءة كل آياتها ومنهاالبسملة
وعدماللحن المخل بالمعني
وانتكون حالة القيام في الفرض
وان يسمع نفسه القرأة
وان لايتخللهاذكراجنبي

Syarat-syarat Fatihah itu ada10 :
Tertib ,
dan berturut-turut ,
dan memelihara segala hurufnya ,
dan memelihara segala tasydidnya ,
dan bahwa jangan ia (orang yg sholat) diam dengan diam yg panjang dan tidak pula yg pendek yg ia bermaksud dengannya memutuskan bacaan ,
dan tiada salah bacaan yg dengan merusakkan makna ,
dan bahwa dibaca Fatihah itu ketika berdiri pada sholat Fardhu,
dan bahwa ia memperdengarkan dirinya akan bacaan ,
dan bahwa tidak menyelangi akan Fatihah oleh dzikir yg lain.

Syarh atau Penjelasan
Syarat al-fatihah
Syarat al-fatihah ada sepuluh (10).

Pertama, harus tartib.
Artinya dibaca secara runut sesuai dengan runutan ayat-ayat yang ada dalam surah al-fatihah.

Kedua, mualat (berurutan).
Artinya satu ayat dengan ayat yang lain tidak ada yang menyela-nyelai, seperti membaca dzikir lain yang tidak ada sangkut-pautnya dengan shalat di antara bacaan ayat-ayat surah al-fatihah.

Ketiga, menjaga secara keseluruhan huruf-huruf yang terdapat dalam surah al-fatihah.
Diketahui bahwa huruf yang ada dalam surah al-fatihah berjumlah 138 huruf, dan semuanya harus dijaga dengan cara membacanya yang benar dan sesuai dengan tempat dan letaknya huruf-huruf itu keluar dari mulut dan tenggorokan seseorang (makharij al-huruf).

Keempat, menjaga bacaan tasydid yang ada di segenap huruf-huruf surah al-fatihah.

Kelima, tidak boleh berdiam diri cukup lama.
ataupun diam sebentar yang bertujuan memutus bacaan.
Tapi jika ada udzur, seperti lupa atau tidak tahu, maka tidak merusak kesahan shalat.

Keenam, membaca seluruh ayat-ayat yang ada di dalam surah al-fatihah, dan di antara yang termasuk dalam surah al-fatihah adalah ayat Basmalah.
Sebab Nabi sendiri menganggap Basmalah sebagai bagian dari ayat dari surah al-fatihah,
diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim dan keduanya menilai bahwa hadits tersebut adalah sahih.

Ketujuh, tidak boleh membaca ayat-ayat secara pelo yang dapat merusak makna yang terkandung di dalam kalimat-kalimat yang ada dalam ayat.
Sebab berubahnya cara baca akan merubah kanduangan maknanya.

Kedelapan, membaca dengan cara berdiri pada saat melaksanakan shalat fardhu.
Sudah barang tentu persyaratan ini bagi orang-orang yang mampu melaksanannya.

Kesembilan, seseorang dapat mendengarkan seluruh bacaannya secara komprehensif dari awal sampai akhir.

Kesepuluh, tidak boleh menyisipkan atau menyela-nyelai bacaan dzikir lain di tengah-tengah bacaan ayat-ayat al-fatihah. Kecuali dzikir yang ada kaitannya dengan kemaslahatan shalat, seperti bacaan amin bagi makmum yang sedang berjamaah.




بسم الله الرحمن الرحيم

فصل
قشديدات الفاتحة اربع عشرة

PERINCIAN TASYDID2 PADA ALFATIHAH
Tasydid pada Al Fatihah itu ada 14

بسم الله فوق الام

Bismillaahi Fauqollaami,

الرحمن
Arrohmaani Fauqorroo-i،

الحيم
Arrohiimi Fauqorroo-i،

الحدلله
Alhamdulillaahi Fauqo laamil jalaalah,

رب العالمين
Robbil'Aalamiin Fauqol ba,

ملك يومالدين
Maaliki Yaumiddiini Fauqoddaali،

اياك نعبد
Iyyaaka Na’budu Fauqol Yaa-i،

واياك نستعين
Waiyyaaka Nasta’iinu Fauqol Yaa-i,

اهدناالصراط المستقيم
Ihdinashshiroothol Mustaqiima Fauqoshsoodi،

صرط الذين
Shirootolladziina Fauqollaami،

انعمت عليهم غيرالمغضوب عليهم والاالضالين
An’amta ‘Alaihim Ghoyril Maghdhuubi ‘Alaihim Waladhdhoolliina Fauqodhdhoodi Wallaami.

Segala tasydid Fatihah yaitu 14 :
◆Lafazh Bismillah diatas huruf Lam,
◆Lafazh Arrohmaani diatas huruf Ro,
◆Lafazh Arrohiimi diatas huruf Ro
◆Lafazh Alhamdu Lillaahi diatas huruf Lam Jalalah,
◆Lafazh Robbal ‘Aalamiina diatas huruf Ba ,
◆Lafazh Arrohmaani diatas huruf Ro ,
◆Lafazh Arrohiimi diatas huruf Ro ,
◆Lafazh Maaliki Yaumiddini diatas huruf Dal ,
◆Lafazh Iyyaaka Na’budu diatas huruf Ya ,
◆Lafazh Waiyyaaka Nasta’iinu diatas huruf Ya ,
◆Lafazh Ihdinashshiroothol Mustaqiima diatas huruf Shod ,
◆Lafazh Shirootholladziina diatas huruf Lam
◆Lafazh An’amta ‘Alaihim Ghoyril Maghdhuubi ‘Alaihim
◆Waladhdhoolliina diatas huruf Dhod dan huruf Lam.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Bacaan Tasydzid surah al-fatihah

Bacaan tasydzid dalam surah al-fatihah terdapat 14 (empat belas) tempat.
Pertama, membaca tasydid huruf Lam yang ada dalam kalimat Bismil-Lah.

Kedua, membaca tasydid huruf ra’ yang ada dalam kalimat ar-Rahman.

Ketiga, membaca tasydid huruf ra’ yang ada dalam kalimat ar-rahim.

Keempat, membaca tasydid Lam jalalah yang ada dalam kalimat Alhamdulil-lah.

Kelima, membaca tasydid huruf ba’ yang ada di dalam kalimat Rabbil-‘alamin.

Keenam, membaca tasydid huruf ra’ yang ada dalam kalimat ar-rahman.

Ketujuh, membaca tasydid huruf ra’ yang ada dalam kalimat ar-rahim.

Kedelapan, membaca tasydid huruf dhal yang ada dalam kalimat Maliki yaumid-din.

Kesembilan, membaca tasydid hurud ya’ yang ada dalam kalimat iyyaka na’budu.

Kesepuluh, membaca tasydid huruf ya’ yang ada dalam kalimat iyyaka nasta’in.

Kesebelas, membaca tasydid huruf shad yang ada dalam kalimat Ihdinas-shirat al-mustaqim.

Kedua belas, membaca tasydid huruf Lam yang ada dalam kalimat Shiratal-Ladzina.

Ketiga belas, membaca tasydid huruf Dhad yang ada dalam kalimat An’amta ‘alaihim ghayril maghdhubi ‘alaihim walad-dzallin.

Keempat belas, membaca tasydid huruf Lam yang ada dalam kalimat An’amta ‘alaihim ghayril maghdhubi ‘alaihim walad-dzallin.




◆◆☆☆ SUNNAH TAKBIR ☆☆◆◆



فصل يسن رفع اليدين غي اربعة مواضع
عندالتكبيرة الاحرام
وندالركوع
وعندالاعتدال
وعندالقيام من التشهدالاول

SUNNAH TAKBIR
Yusannu Rof’ul Yadaini Fii Arba’ati Mawaadhi’a:
Inda Takbiirotil Ihroomi,
Wa’indarrukuu’i,
Wa’indal I’tidaali,
Wa’indal Qiyaami Minattasyahhudil Awwali,

Disunahkan mengangkat tangan pada 4 tempat yaitu:

Ketika Takbirotul Ihrom,
dan ketika Ruku’,
dan ketika I’tida,
dan ketika bangun dari Tasyahhud yg pertama.

Syarh atau Penjelasan
Sunahnya mengangkat tangan

Disunnahkan mengangkat kedua tangan di empat tempat.
Pertama, mengangkat tangan pada saat takbiratul ihram.
Mengangkat tangan pada saat takbirat al-ihram yang paling sempurna adalah dengan mengangkat kedua telapak tangan sampai keduanya sepadan dengan kedua pundak kanan dan kiri.
Sebagian pendapat lain mengatakan kedua telapak tangan diangkat sampai menempel pada kuping bagian bawah.

Kedua, mengangkat tangan pada waktu ruku’.

Ketiga, mengangkat tangan pada waktu i’tidal, bangun dari ruku’.

Keempat, mengangkat tangan pada saat berdiri dari tasyahud awwal.

Tidak disunnahkan mengangkat tangan pada selain yang keempat tersebut.



SYARAT2 SUJUD DALAM SHOLAT


بسم الله الرحمن الرحيم
فصل شروط السجود سبعة :
● ان يسجد علي سبعة اعضاء
●وان تكون جبهته مكثوفة
●والتحامل برأسه
●و عدم الحهوى لغيره
●وان لا يسجد على شئ يتحرك بحركته
●وارتفاع أسافله على أعاليه
●والطممأنينة فيه

SYARAT SUJUD
Syuruuthussujuudi Sab’atun :
1)An Yasjuda ‘Alaa Sab’ati A’dhooin,
2)Wa An Takuuna Jabhatuhu Maksyuufatan,
3)Wattahaamulu Biro’sihi,
4)Wa ‘Adamul Huwiyyi Lighoyrihi,
5)Wa An Laa Yasjuda ‘Alaa Syain Yataharroku Biharokatihi, 6)Wartifaa’u Asaafilihi ‘Alaa A’aaliihi،
7)Waththuma’niinatu Fiihi،

وان يقول فى سجوده :
سبحان ربي ﻻعلى وبحمده ثﻻث مرات

Wa An Yaquula Fii Sujuudihi
" Subhaana Robbiyal A’laa Wabihamdihi
" (Tsalaatsa Marrootin) .

اعضاءالسجود سبعة
الجبهة
وبطون الكفين
وركبتين
وبطون الاصابع الرجلين

A’Dhooussujuudi Sab’atun :
Al-Jabhatu،
Wabuthuunul Kaffaini،
Warrukbataini،
Wabuthuunul Ashoobi’irrijlaini.

Syarat-syarat sujud itu ada7:
1)Bahwa ia sujud atas 7 anggota,

2)dan bahwa dahinya itu terbuka,

3)dan memberatkan sedikit dengan kepalanya,

4)dan tidak turun sujud karena lainnya,

5)dan bahwa ia tidak sujud di atas sesuatu yg bergerak dengan geraknya,

6dan mengangkat anggota bawahnya
atas anggota atasnya,

7)dan tuma’ninah pada ketika sujud,

dan sunah bahwa ia
berkata pada sujudnya
" Subhaana Robbiyal A’laa Wabihamdihi " (3 kali) .

Anggota-anggota sujud itu ada 7 :
Dahi ,
dan perut 2 telapak tangan ,
dan 2 dengkul ,
dan perut jari-jari 2 kaki.

Syarh atau Penjelasan
==================

Syarat Sujud
Syarat sujud ada tujuh.
Pertama, sujud di atas tujuh anggauta badan.
Karena ada penjelasan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah mengatakan
“aku telah diperintahkan sujud di atas ketujuh anggauta badan, yaitu kening kepala (jidat), kedua telapak tangan, kedua lutut, pucuk-pucuk jari kedua telapak kaki.”
Hadits yang telah diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.

Kedua,
keningnya harus terbuka, tidak boleh tertutut kecuali ada udzur, seperti di kening tumbuh rambut atau ada perban di kepala yang telah menutupi kening dengan sekiranya jika perban tersebut dicopot akan membahayakan pada kesehatannya.

Ketiga,
meletakkan kepalanya dengan sekiranya keningnya benar-benar menempel pada tempat sujud.

Keempat,
tidak ada niat selian sujud.

Kelima,
tidak sujud di atas sesuatu yang dapat bergerak dengan sebab pergerakan sujudnya seseorang.

Keenam,
mengangkat dan meletakkan anggauta bawah, yaitu pantan di atas anggauta atas yaitu kepala.
Dengan kata lain, meletakkan pantat di atas dan meletakkan kepala di bawah.

Ketujuh,
tuma’ninah dalam sujud.
Artinya meletakkan ketujuh anggauta dalam satu waktu secara bersamaan.

(Khatimah);
Ada tujuh anggota sujud, yaitu :
◆pertama, kening kepala (jidat).
◆Kedua dan ketiga, kedua telapak tangan.
◆Keempat dan kelima, kedua lutut.
◆Keenam dan ketujuh, pucuk-pucuk jari-jemari kedua telapak kaki.

TASYDID PADA TASYAHUD
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

فصل تشديدات التشهد أحدى وعشرون
خمس غى اكمله وستة عشر فى اقله

التحيات على التاء والياء
المباركات الصلوات على الصاد
الطيبات على الطاء والياء
لله على اﻻم الجﻻلة
السﻻم على السين
عليك ايهاالنبى على الياء والنون والياء
ورحمة الله على ﻻم الجﻻلة
وبركاته السﻻم على السين
وعلى عبادالله على ﻻم الجﻻلة
الصالحين على الصاد
اشهدان ﻻاله على ﻻم الف
اﻻالله على ﻻم الجﻻلة
واشهدان على النون
محمدا رسول الله على ميم محمد و على راء وعلى ﻻم الجﻻلة

TASYDID PADA TASYAHUD
TASYDIIDAATUTTASYAHHUDI IHDAA WA’ISYRUUNA KHOMSUN FII AKMALIHI WASITTATA ‘ASYARO FII AQOLLIHI.
Attahiyyaatu ‘Alattaa-i Walyaa-i ,
Walmu baarokatushsholawaatu ‘Alashshoodi,
Ath-Thoyyibaatu ‘Alaththoo-i walyaa-i,
Lillaahi ‘Alaa Laamil Jalaalati,

Assalaamu ‘Alassiini,
‘Alaika Ayyuhannabiyyu ‘Alalyaa-i Wannuuni Walyaa-i ,
Warohmatullaahi ‘Alaa Laamil Jalaalati,
Wabarokaatuhu Assalaamu ‘Alassiini ,
‘Alainaa Wa’alaa ‘Ibaadillaahi ‘Alaa Laamil Jalaalati,
Ash-Shoolihiina ‘Alashshoodi,
Asyhadu An Laa Ilaaha Illallaahu ‘Alaa Lam Alif Walaamil Jalaalati,
Wa Asyhadu Anna ‘Alannuuni,
Muhammadarrosuulullaahi ‘Alaa Mimi Muhammadin Wa ‘Alarroo-i Wa ‘Alaa Laamil Jalaalati.

Semua Tasydidnya Tasyahhud itu ada 21:
5 pada yg paling sempurna dan,
16 pada yg paling sedikitnya.

Attahiyyatu di atas huruf Ta dan Ya,
dan Mubarakatushsholawaatu di atas huruf Shod,
Ath-Thoyyibaatu di atas huruf Tho dan Ya ,
Lillaahi diatas huruf Lam Jalalah,
Assalaamu di atas huruf Sin ,
‘Alaika Ayyuhannabiyyu diatas huruf Ya dan Nun dan Ya,

Warohmatullaahi di atas huruf Lam Jalalah,
Wabarokatuhu Assalaamu di atas huruf Sin,
‘Alainaa Wa’alaa ‘Ibaadillaahi di atas huruf Lam Jalalah,
Ash-Shoolihiina di atas huruf Shod,
Asyhadu An Laa Ilaaha Illallaahu di atas huruf Lam Alif dan Lam Jalalah,

Wa Asyhadu Anna di atas huruf Nun,
Muhammadarrosuulullaahi di atas huruf Mim Muhammad dan di atas huruf Ro dan di atas huruf Lam jalalah.

Syarh atau Penjelasan

Bacaan tasydid dalam tasyahhud
Bacaan tasydid dalam tasyahhud ada dua puluh satu (21) tempat.
Lima terdapat dalam sujud yang ada pada duduk awal,
dan enam belas terdapat dalam duduk akhir.

Dua huruf yang terdapat dalam kalimat at-tahiyyat,
yaitu huruf ta’ dan ya’ yang dibaca tasydid.

Membaca tasydidi huruf shad dalam kalimat al-mubarakatus-shalawat.

Membaca tasydidi huruf tha’ dan ya’ yang ada dalam kalimat at-thayyibat.

Membaca tasydid huruf lam jalalalah yang ada dalam kalimat Lil-lahi.

Membaca tasydid huruf sin yang ada dalam kalimat as-salam.

Membaca tasydid huruf ya’, nun, dan ya’ yang ada dalam kalimat ‘alaika ayyuhan-nabiyyu.

Membaca tasydid huruf lam jalalah yang ada dalam kalimat warahmatullah.

Membaca tasydid huruf sin yang ada dalam kalimat wa rahmatul-Lah.

Membaca tasydid huruf lam jalalah yang ada dalam kalimat ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillah.

Membaca tasydid huruf shad yang ada dalam kalimat as-shalihin.

Membaca tasydid huruf lam alif dalam kalimat asyhaduallailaha.

Membaca tasydid huruf lam alif dan lam jalalah yang ada dalam kalimat illa-llah.

Membaca tasydid huruf nun yang ada dalam kalimat wa asyhadu anna.

Membaca tasydid huruf mim, ra’ dan lam yang ada dalam kalimat
Muhammadar-rasulullah.

TASYDID SHALAWAT

فصل
تشديدات اقل الصﻻة على النبى اربع
اللهم على اﻻم و الميم
صل على اﻻم
على محمد على الميم

TASYDID SHALAWAT
Tasydiidaatu Aqollishsolaati ‘Alannabiyyi Shollallaahu ‘Alaihi wasallama Arbaatun :
Allaahumma ‘Alallaami Wal Miimi,
Sholli ‘Alallaami ,
‘Alaa Muhammadin ‘Alal Miimi

Sekurang-kurangnya Tasydid pada sholawat atas Nabi SAW yaitu 4 : Lafazh Allaahumma diatas Huruf Lam dan Huruf Mim ,
Lafazh Sholli diatas Huruf Lam,
Lafazh ‘Ala Muhammadin diatas Huruf Mim

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah,
Bacaat tasydid pada bacaan shalawat nabi yang paling minimal ada empat tempat atau empat huruf.
Membaca tasydid lam dan mim yang ada dalam kalimat Allahumma.
Membaca tasydid huruf lam yang ada dalam kalimat Shalli.
Membaca tasydid huruf mim yang ada dalam kalimat ‘ala Muhammad.

TASYDID SALAM

فصل اقل السﻻم السﻻم عليكم تشديد السﻻم على السين

Sedikitnya pengucapan salam ialah dgn mengucapkan :
" Assalaamu'alaykum "

Tasydidnya Assalaamu itu diatas huruf sin