Kamis, 31 Januari 2019

TERJEMAH SAFINATUN NAJA DAN KASIFATUS SAJA LENGKAP ( BAGIAN 2)

TERJEMAH SAFINATUN NAJA DAN KASIFATUS SAJA (BAGIAN 2)


TERJEMAHAN KITAB SAFINAH AN-NAJAH
SAFINAH AN-NAJAH
KARANGAN SYAIKH SALIM BIN SAMIR HADROMI
MADZHAB SYAFI’I

Edisi basa sunda

BUBUKA
Bismillaahi :
ngawaitan abdi ngaos kana ieu kitab bari ngalap berkah kalawan nyeubat pirang-pirang jeuneungan gusti alloh.
(anu sifat na gusti Alloh)
Arrohmaani : anu maparinan nikmat ageung alloh di dunya ka mukmin jeung ka kafir.
(tur anu sifat na gusti Alloh)
Arrohiimi : anu maparinan nikmat alit alloh di akhirat ka mukmin wungkul.

Alhamdu: ari sagala jinis puji eta tetep.
Lillaahi: khusus pikeun gusti Alloh
Robbil ‘Aalamin: anu ngurus sadaya alam.
Wabihii: sareung ka gusti Alloh wungkul.
Nasta’iinu: nyuhunkeun pitulung abdi sadaya.
‘Alaa Umuuriddunyaa: kana mang pirang-pirang urusan dunya
Waddiini: jeung pirang-pirang urusan agama.
Washollallaahu: sareung mugi-mugi nambih-nambih rohmat gusti Alloh.
Wassalalama: sareung kasalameutan.
‘Alaa Sayyidinaa: ka jungjunan urang sadaya.
Muhammadin: teuges na kanjeng nabi muhammad.
Khootaman: anu janteun panungtung.
Nabiyyiina: samudaya para nabi.
Wa Aalihii: jeung ka kulawargina kanjeng nabi.
Washohbihii: jeung ka para shohabatna kanjeng nabi.
Ajma’iina: teugesna sadayana bae.
Walaa Hawla: teu aya data upaya kanggo nyingkahan maksiat.
Walaa Quwwata: sareung teu aya kakiatan kanggo ngalakonan tho’at.
Illaa Billaahi: anging ku pitulung na gusti Alloh.
(anu sifat na gusti Alloh) al’aliyyi: anu maha luhur
(tur anu sifat na gusti Alloh) al ‘Azhiimi: anu maha agung.



FASHLUN : ARI IEU ETA HIJI FASAL
Arkaanul Islaami: ari pirang-pirang rukun islam (eta).
Khomsatun :aya lima.
Syahaadatu An Laa Ilaaha: kahiji nyaksikeun yen saeunya-eunya na teu aya pangeran anu wajib di ibadahan.
Illallaahu: anging ka gusti Alloh.
Wa Annna Muhammadan Rosuulullaahi: sareung nyaksikeun yen saeunya-eunya na kanjeng nabi Muhammad eta utusan Alloh.
Wa Iqoomushsholaati: jeung ka dua na ngadeugkeun sholat.
Wa Iitaauzzakaati: jeung ka tilu na nyumponan zakat.
Wa Shoumu Romadhoona: jeung ka opat na puasa di bulan romadhon.
Wa Hijjul Baiti: jeung ka lima na munggah haji ka baetulloh.
Man: ka jalma.
Istithoo’a:anu kawasa.
Ilaihi: kana mumnggah haji (naon).
Sabiilan: di jalan na.


QOOLA ALFAQIIH FI NADZHIMIHI:
Ari puji nu sampurna eta tetep # kagungan alloh nu ka persifat lengkep.
Rohmat alloh mugi tetp sareung salam # di jeng nabi muhammad mustika alam.
Wa ba’duhu ieu anu di nadzhomkeun # kitab fiqih ngarah reusuep ngarapalkeun.
Mugi ieu nadzhom sing manfaat gede # kanu ngaos ka lalaki ka awewe.
FASAL MEURTELAKUEN RUKUN ISLAM.

Ari rukun islam eta aya lima na # pek arapalkeun tong poho salilana.
Rukun nu ka hiji maca syahadat na # rukun nu kadua ngadeugkeun sholat na.
Rukun nu ka tilu nyumponan zakat na # rukun nu ka opat puasa romadhon na.
Rukun nu ka lima munggah haji na # sinareung umroh ka baetulloh na.
Pikeun jalma nu kawasa di jalan na # tah ieu teh sakabeh rukun islam na.







kitab safinah
Tentang Penulis & Ringkasan Isi Kitab

PENJELASAN TENTANG PENULIS DAN ISI KITAB

Penulis kitab Safinah adalah seorang ulama besar yang sangat terkemuka yaitu Syekh Salim bin Abdullah bin Sa'ad bin SumairAl-Hadhrami.
Beliau adalah seorang ahli fiqh dan tasawwuf yang bermadzhab Syafi'i. Selain itu, beliau adalah seorang pendidik yang dikenal sangat ikhlas dan penyabar, seorang qodhi yang adil dan zuhud kepada dunia, bahkan belia juga seorang politikus dan pengamat militer negara­negara Islam.

Beliau dilahirkan di desa Dziasbuh, yaitu sebuah desa di daerah Hadramaut Yaman, yang dikenal sebagai pusat lahirnya para ulama besar dalam berbagai bidang ilmu ke­agamaan.

Sebagaimana para ulama besar lainnya, Syekh Salim me­mulai pendidikannya dengan bidang Al-Qur'an di bawah peng­awasan ayahandanya yang juga merupakan ulama besar, yaitu Syekh Abdullah bin Sa'ad bin Sumair. Dalam waktu yang singkat Syekh Salim mampu menyelesaikan belajarnya dalam bidang Al-Qur'an tersebut, bahkan beliau meraih basil yang baik dan prestasi yang tinggi.

Beliau juga mempelajari bidang­bidang lainnya seperti Beliau juga mempelajari bidang­bidang lainnya seperti halnya ilmu bahasa arab, ilmu fiqih, ilmu ushul, ilmu tafsir, ilmu tasawuf, dan ilmu taktik militer Islam. Ilmu-ilmu tersebut beliau pelajari dari para ulama besar yang sangat terkemuka pada abad ke-13 H di daerah Hadhramaut, Yaman.

Tercatat di antara nama-nama gurunya adalah:
Syekh Abdullah bin Sa'ad bin Sumair
Syekh Abdullah bin Ahmad Basudan

Kitab Safinah memiliki nama lengkap "Safinatun Najah Fiima Yajibu `ala Abdi Ii Maulah" (perahu keselamatan di dalam mempelajari kewajiban seorang hamba kepada Tu­hannya).

Kitab ini walaupun kecil bentuknya akan tetapi sa­ngatlah besar manfaatnya.
Di setiap kampung, kota dan negara hampir semua orang mempelajari dan bahkan menghafalkan­nya, baik secara individu maupun kolektif.

Di berbagai negara, kitab ini dapat diperoleh dengan mudah di berbagai lembaga pendidikan.
Karena baik para santri maupun para ulama sangatlah gemar mempelajarinya dengan teliti dan seksama.Hal ini terjadi karena beberapa faktor, di antaranya:Kitab ini mencakup pokok-pokok agama secara ter­padu, lengkap dan utuh, dimulai dengan bab dasar­dasar syari'at, kemudian bab bersuci, bab shalat, bab zakat, bab puasa dan bab haji yang ditambahkan oleh para ulama lainnya.

Kitab ini disajikan dengan bahasa yang mudah, susunan yang ringan dan redaksi yang gampang untuk dipahami serta dihafal. Seseorang yang serius dan memiliki ke­mauan tinggi akan mampu menghafalkan seluruh isinya hanya dalam masa dua atau tiga bulan atau mungkin lebih cepat.

◆RUKUN ISLAM◆

Arkaanul Islaami Khomsatun :
Syahaadatu An Laa Ilaaha Illallaahu Wa Annna MuhammadanRosuulullaahi ,
Wa Iqoomushsholaati ,
Wa Iitaauzzakaati ,
Wa Shoumu Romadhoona,
Wa Hijjul Baiti Man Istathoo’a Ilaihi Sabiilan

Rukun-rukun Islam itu ada 5 :
Bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah ,
dan Mendirikan Sholat ,
dan Memberikan Zakat ,
dan Puasa Bulan Romadhon ,
dan Pergi Haji bagi yg mampu
kepadanya berjalan( menempuh perjalanannya )

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Pertama,
Kedua kalimat Syahadat yang menyatakan bahwa seseorang telah mempercayai dua hal,
yaitu iman dan percaya bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul (utusan-Nya).
Persaksian ini merupakan komitmen keimanan seseorang yang tidak sebatas ikrar dan retorika an sich,
namun diwujudkan dalam ranah amaliyah-aplikasi religiuitasnya. Sebuah ikrar dan persaksian mengandung konsekuensi tersendiri,
yaitu berupa ketaatan dan kepatuhan terhadap segenap doktrin Allah dan utusan-Nya.
Keduanya diistilahkan dengan Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul. Allah dan rasul-Nya tidak bisa dipisahkan, sebab rasul-Nya lah yang menyampaikan pesan-pesan dan ajaran-ajaran langit yang turun dari Allah. Dan setiap orang Islam wajib mempercayai segenal ajaran yang dibawa oleh rasul-Nya.

Apakah persaksian tersebut harus diikrarkan atau dilafadzkan melalui lisan dan diyakini dengan hati? Atau persaksian itu cukup diyakini dengan hati, tanpa dilafadzkan dengan lisan? Para ulama tauhid berbeda pendapat.

Pendapat pertama,
Seseorang yang meyakini dan menanamkan keimanan di dalam hati tanpa mengikrarkan dengan lisannya serta dalam kondisi normal, yaitu lisannya dapat berkata dan melafadzkan kata-kata, maka orang tersebut tetap tidak bisa dikatakan orang Islam alias masih kafir. Sedangkan urusan dia dihadapan Allah adalah hak perogratif yang tidak bisa dihukumi.

Pendapat yang kedua,
yang diungkapkan sebagian besar ulama dan Imam Abu Manshur al-Maturidi menyatakan bahwa orang tersebut termasuk orang Mukmin dan Islam. Sebab pengucapan Syahadat sebagai persaksian dengan lisan hanya untuk memenuhi persyaratan administrasi negara saja, sehingga dapat menikah, mendapatkan warisan dari keluarga atau orang tua yang Islam, dll, lantaran segenap hukum-hukum tersebut tidak dapat dijalankan kecuali setelah adanya ucapan persaksian, kejelasan dan iklan atau pemberitahuan pada pihak yang berwenang, seperti pemimpin negara, bupati, dll.

Pendapat kedua tersebut didukung oleh Imam al-Ghazali, Ibnu Rusydi dan Ibnu ‘Arafah. Sebagaimana Ibnu Rusydi mengatakan bahwa “Karen Islamnya seseorang yang tertanam di dalam hati adalah keislaman yang hakiki.
Jika ia mati sebelum sempat mengucapkan syahadat sebagai persaksiannya, maka ia termasuk mati dalam keadaan mukmin”.

Pendapat ketiga
yang diungkapan oleh kebanyakan ulama salaf, seperti Imam Abu Hanifah dan Imam as-Syafi’i menyakini bahwa orang tersebut di hadapan Allah belum dikatakan orang mukmin.
Sebab pengucapan dan persaksian dengan ikrar lisan adalah sebagian dari iman atau rukum iman, atau salah satu syarat sahnya iman di dalam hati.

Sementara jika seseorang yang lidahnya tidak memungkinkan mengucapkan atau mengikrarkan seperti karena bisu (gebu) atau karena mendadak mati,
maka ulama telah bersepakan bahwa orang tersebut tidak diwajibkan atau gugur kewajiban untuk melafadzkan dan mengikrarkan persaksian syahadat dengan lisan.

Kedua,
menjalankan shalat. Yang dimaksudkan adalah shalat lima waktu, dzuhur, asar, maghrib, isya dan subuh. Shalat selain dari yang lima waktu adalah sunnah.

Ketiga, mengeluarkan zakat.
Yaitu mengeluarkan zakat yang telah ditentukan oleh syarikat berupa harta, yaitu Onta, Kambing, Sapi, Emas, Perak, Kurma, Beras, dan anggur, yang harus dibagikan pada delapan kelompok yang berhak menerima zakat, yaitu kelompok fakir, miskin, amil, muallaf, hamba sahaya, gharim (orang yang punya hutang), sabilillah, dan anak jalanan.

Keempat,
mengerjakan puasa di bulan Ramadlan.
Ada tiga tingkatan puasa,
pertama, puasa orang awam, yaitu mengosongkan perut dari makan dan minum dan mencegah kelamin;
kedua, puasa orang khusus, yaitu selain yang dikerjakan orang awam, juga mencegah seluruh anggauta badan dari pekerjaan dosa;
ketiga, puasanya orang yang elite (khawash al-khawash),
yaitu dengan memalingkan hati dari aktivitas yang rendah dan mengekang hatinya dari selain Allah.

Kelima, naik haji bagi yang mampu secara finansial berupa ketersediaan sangu/bekal untuk dirinya maupun nafkah untuk keluarganya.

◆◆RUKUN IMAN◆◆
Arkaanul Iimaani Sittatun : An Tu’mina Billaahi , Wa Malaaikatihii , Wa Kutubihii , Wa Rusulihii , Walyaumil Aakhiri , Wabilqodari Khoyrihi Wasyarrihi Minalaahi
Ta’aalaa .

Rukun-rukun Iman itu ada 6 :
Bahwa engkau beriman dengan
Allah ,
dan para Malaikatnya ,
dan kitab-kitabnya ,
dan para Rosulnya ,
dan hari akhir ,
dan taqdir baiknya dan taqdir buruknya dari Allah Ta’ala

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Pertama,
iman kepada Allah.
Mengimani bahwa Allah adalah Tuhan seluruh makhluk di alam semesta ini.
Dengan merenungi segala macam ciptaan dan makhluk sebagai kreasi Tuhan, maka kita akan semakin kuat imannya bahwa tidak mungkin alam semesta ini ada dengan sendirinya, pasti ada yang menciptakannya yaitu Allah.
Kita tidak boleh menyamakan atau menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, Ia tak berjasad, tak bertempat, tak beranak dan tak diperanakkan, tak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Kedua, iman kepada utusan-Nya.
Mengimani mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda kenabiannya. Dan meyakini bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan nabi terakhir.

Ketiga, iman kepada para malaikat.
Meyakini bahwa malaikat adalah hamba Allah yang paling taat. Malaikat adalah makhluk yang diciptakan dari unsur cahaya yang teramat lembut, tidak memiliki jenis kelaim laki-laki atau perempuan maupun banci, tidak berayah atau beribu, tak beranak.
Dan malaikat merupakan makhluk yang diciptakan untuk membawa misi perintah Allah dengan segala jenis perintah dan pekerjaannya.

Jumlahnya tak terhitung, bahkan sebagian ulama menyatakan bahwa malaikat ada 24.523 malaikat, dan malaikat yang wajib diketahui ada sepuluh, yaitu Jibril, Mikail, Israfil, ‘Izrail, Munkar, Nakir, Ridlwan, Malik, Raqib, ‘Athid, Rumah. Dan di antara malaikat yang paling utama adalah Jibril yang bertugas membawa wahyu Tuhan.

Keempat, iman kepada kitab suci.
Ada empat kitab suci Allah yang diturunkan kepada utusan-Nya, yaitu Taurat pada Nabi Musa, Zabur pada Nabi Dawud, Injil bagi Isa, dan al-Quran bagi Nabi Muhammad. Empat kitab inilah yang wajib diyakini. Namun sejatinya kitab Allah tidak terbatas.
Bahkan para nabi-nabi yang lain seperti Adam, Idris, Nuh, dan lain-lain pun memiliki kitab suci.

Kelima, iman kepada hari akhir.
Meyakini adanya hari akhir dengan segala kejadian yang ada di dalamnya yaitu hasyr (digiring dan dikumpulkannya makhluk) di makhsyar, adanya hisab (kalkulasi amal), balasan amal (jaza’), surga dan neraka.

Keenam, iman kepada takdir.
Baik atau buruknya takdir adalah dari Allah. Namun manusia berhak memilih dan diberi kesempatan untuk berikhtiar.
Wajib ridha atas apa yang telah digariskan dan ditetapkan dalam takdir kehidupan.
Tidak boleh marah, dan harus dapat nrima ketetapan alloh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar